MEDAN-Guna menghilangkan diskriminasi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan menggelar peringatan Hari AIDS Sedunia di pelataran parkir RSUP Haji Adam Malik, Selasa (10/12/2019). Kegiatan ini turut dihadiri seluruh elemen masyarakat mulai dari kepala daerah, anggota dewan, pihak kesehatan, konselor ODHA dan juga ODHA.

Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, dr Zainal Safri SpPD (K) SpJP (K) mengatakan bahwa ODHA harus dirangkul. Tidak boleh dikucilkan, karena cara penularannya HIV/AIDS juga tidak gampang.

"Jadi kalau kita bersalaman dengan ODHA tidak akan tertular jadi tidak perlu takut. Maka, kita harus kita rangkul mereka. Karena penyakit AIDS ini kan sebetulnya sama dengan penyakit lain, yang penularannya tidak gampang. Sehingga penderitanya tidak bisa atau tidak boleh kita kucilkan," katanya disela-sela peringatan Hari AIDS Sedunia yang mengangkat tema Menghilangkan Diskriminasi Bagi ODHA.

Lanjut Zainal, di rumah sakit milik Kemenkes ini jumlah pasien rawat jalan ODHA mencapai sebanyak 700-an pasien. Sedangkan mereka yang melakukan rawat inap, pihaknya mencatat, jumlahnya ada sekitar 200-an orang pasien.

"Tapi memang, para pasien datangnya ketika sudah berat, karena mereka menyembunyikannya. Nanti kalau sudah infeksi dimana-mana, baru mereka mau datang. Soalnya mereka merasa takut dan malu akibat stigma negatif dan diskriminasi yang masih diterimanya," ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Sumut) dr Alwi Mujahit Hasibuan yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwasanya stigma negatif dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), hingga kini masih tetap ada. Karenanya, untuk menekan perilaku tersebut, menurutnya semua pihak harus bergandengan tangan, khususnya untuk memperkuat sosialisasi, advokasi, dan edukasi kepada masyarakat.

"Malah (diskriminasi) bukan hanya di masyarakat umum saja, dari orang-orang kesehatan juga ada. Makanya untuk menekan diskriminasi ini, harus dilakukan sosialisasi, advokasi, maupun edukasi kepada masyarakat. Karena mereka kan tidak bisa kita marahi," ungkapnya.

Alwi menjelaskan, saat ini Sumut juga telah menempati posisi keenam tertinggi dalam kasus HIV/AIDS di Indonesia. Namun ia berpendapat, hal ini tidak boleh disalahpahami. Karena sebetulnya, banyaknya temuan kasus adalah pertanda jika pemerintah telah bekerja.

"Jadi justru bagus. Sebab HIV itu seperti fenomena gunung es. Sehingga kalau kita bisa temukan satu penderitanya, maka akan ada 100 orang di bawah permukaannya. Jadi kalau kita bisa menemukan yang dibawah permukaan ini, artinya kita bisa mencegah penyebaran yang dilakukan secara tidak sengaja," jelasnya.

Sementara itu, ketua panitia, dr Fransiskus Ginting SpPD menambahkan, suatu negara memang sudah wajib melakukan tindakan pelayanan terhadap HIV/AIDS. Oleh karenanya, pada tahun 2030 nanti, sudah dicetuskan target bahwa tidak boleh ada lagi penderita AIDS yang baru, tidak boleh ada lagi penderita AIDS yang meninggal, serta tidak boleh adanya lagi diskriminasi terhadap ODHA.

Namun ia menyayangkan, pada tahun 2019 ini, Provinsi Sumut malah jatuh ke posisi enam tertinggi dalam angka kasus HIV secara nasional. Karenanya, pihaknya merasa harus mengundang seluruh elemen masyarakat, agar secara bersama-sama berjuang, khususnya melalui peringatan Hari AIDS Sedunia ini.

"Kami dokter di RS Adam Malik siap untuk membangun sistem. Namun, kalau hanya dilakukan oleh departemen kesehatan saja, maka akan gagal. Jadi perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat," pungkasnya.*