MEDAN-Komas Sumut (Komunitas Masyarakat Santri Sumatera Utara) yang dipimpin oleh Ketua AL Ustadz Muhammad Iqbal Rangkuti S.Pd.I, Sekjen AL Ustadz H Aswan Alamsyah S.Th.I dan Bendahara Abdul Rahmad Harahap S.Pd telah sukses melaksanakan program keummatan, salah satunya adalah kegiatan seminar antisipasi penyalahgunaan narkoba.

Ketua Komas Sumut / Ustd Iqbal dalam Sambutannya menghimbau santri menjauhkan diri dari narkoba. "Santri yang telah banyak di berikan bekal ilmu agama sangat anti dengan namanya narkoba. Selain diharamkan oleh agama Islam narkoba juga dapat merusak masa depan. Generasi muda yang seharusnya meniti masa depan mereka yang masih Panjang banyak yang terbengkalai karena bahayanya narkoba,"imbuhnya.

Komunitas Masyarakat santri Sumatra Utara (KOMAS SUMUT) mengadakan pelatihan tentang strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba tahap 1 yang di isi oleh Dr. Zulkarnain Nasution yang merupakan salah satunya pakar narkoba di Sumut.

Peserta terdiri dari 50 orang dari seluruh santri pondok Modern. "Salafi dan Tahfizh di Indonesia yang berdomisili di Sumut kafe Qohwatuna yang di gagas oleh santri IKPM Gontor terasa sempit dengan ilmu dan berkahnya," sambung Sekretaris Komas Sumut / Ustd H. Aswan.

Dalam seminar tersebut hadir narasumber DR. Zulkarnain Nasution MA ICAP yang juga beliau adalah Dosen UIN SU, Direktur Rehabilitasi Narkoba Sibolangit, Sekjen GAN Indonesia, Direktur Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumut yg berkantor di Kesbangpol SU menyampaikan bahwa : "Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Untuk pelarangan penggunaan Narkotika dan Psikotropika di atur dalam UU No.35 tahun 2009, sedangkan Bahan Adiktif belum ada UU yang melarangnya karena bahan-bahan seperti Lem Kambing dan sejenisnya tidak bisa mutlak di larang untuk pemakaiannya,"ujarnya.

Efek negatif penggunaan narkoba adalah banyak generasi bahkan masih dibilang dibawah umur menyalah gunakan bahan adiktif tersebut. "Musuh-musuh bangsa ini tidak lagi menyerang kita dengan peperangan konvensional dengan menggunakan senjata perang dan sejenisnya. Karena mereka tau akan sangat sulit untuk mengalahkan Indonesia dengan fisik karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam dimana islam memiliki ajaran Jihad yang sangat di takuti oleh musuh. Maka mereka menyerang melalui perang pemikiran. Musuh akan mudah melumpuhkan pemikiran kita apabila otak sebagai tumpuan pemikiran telah rusak," tambahnya.

Penyebab utama rusaknya otak generasi ini adalah narkoba, setiap kali konsumennya memakai narkoba syaraf-syarafnya akan putus dan belum ada di dunia ini dokter yang bisa menyambung syaraf seperti dokter yang mampu menyambung kaki yang patah dengan kaki palsu, tidak dengan syaraf palsu.

Strategi bandar-bandar narkoba untuk mendistributorkan produk mereka sangat licik. Untuk sekarang yang menjadi sasaran utama mereka bukanlah dari kalangan orang-orang berkantong tebal melaikan sebaliknya orang-orang miskinlah yang menjadi mangsa empuk mereka.

Di awal mereka mendekati mangsanya dengan pendekatan emosional, setelah merasa akrab mereka akan memberikan barang terlarang tersebut dengan vuma-cuma alias gratis. Karena telah merasa akrab maka untuk menolaknya rasanya sangat sulit sehingga akhirnya masuk ke dalam perangkap. Ketika mereka sudah pernah mengkonsumsi sekali maka pasti ingin mencoba untuk kedua kalinya dan seterusnya. Setelah mereka candu maka si bandar tidak lagi meberikan secara gratis, karena mangsanya merupakan orang miskin yang tidak memiliki uang cukup di sanalah mereka mulai bermain.

"Mereka akan menjadikan bangsanya sebagai boneka untuk memasarkannya dengan imbalan 10-20%. Pintarnya bandar narkoba mereka tidak menggunakan narkoba sama-sekali karena mereka tau akan sangat merusak bagi segalanya dan mereka tidak meyimpan narkoba di rumahnya melainkan di tangan boneka-bonekanya. Sehingga apabila tertangkap maka mereka aman dari kejaran polisi," tutur pembicara yang akrab dipanggil bang zul tersebut.*