PALUTA-Derasnya sorotan kinerja PDAM Tirta Malem yang dianggap buruk dari berbagai kalangan, baik oleh media massa dan medsos, akhir akhir ini menjadi perhatian serius dari publik.

Sekelumit permasalahan yang penuh misteri dan teka teki ditubuh PDAM Tirta Malem berdampak kepada masyarakat, karena sebagian masalah muncul setelah adanya pemutusan jaringan PLN di satu titik sumber mata air lau berneh, sehingga pelanggan tidak dapat menerima suplai air bersih seperti biasanya.

Menjawab kebenaran tersebut, Bupati Karo Terkelin Brahmana sesuai peraturan dan perundang undangan salah satunya selaku kepala daerah dalam perseroan terbatas, BUMD sebagai pemilik modal pasca pemutusan jaringan PLN, melakukan investigasi ke kantor PDAM Tirta Malem, didampingi oleh Plt asisten 2 ekbang Gelora Fajar Purba, SSTP, Kabag ekonomi Rismawati br Ginting, kabag hukum monika Purba, Camat Kabanjahe Frans Leo surbakti Jumat (6/12/19).

Disaat kedatangan Bupati Karo bersama rombongan, Plt Direktur PDAM Tirta Malem, Jonara Tarigan dan Dewan Pengawas, Willem Perangin -angin serta sejumlah pegawai PDAM Tirta Malem yang berada diruangan sontak agak terkejut tidak menyangka Bupati Karo hadir lakukan investigasi.

Terkelin Brahmana mengatakan sesuai data yang dihimpun saat investigasi banyak masukan dan saran didengar untuk klarifikasi berita yang beredar tidak sinkron yang didapat. "Untuk itu sebenarnya sumber mata air PDAM Tirta Malem, bagian BUMD di Kab. Karo dalam memenuhi penyuplaian pelanggan untuk pemasokan air bersih, maka sumber mata air yang dimanfaatkan ada 4 sumber mata air, yaitu mata air Aek bolon, mata air Lau Bawang, mata air Lau Melas, dan mata air Lau Berneh," paparnya.

Akibat ada tunggakan tagihan PLN khusus di mata air Lau Berneh, maka tanggal 2 desember 2019 PLN melakukan pemutusan jaringan listrik, hanya disatu titik saja. Bukan keseluruhan. Kembali Terkelin menegaskan hanya di Lau Berneh diputus. "Untuk itu mayarakat jangan percaya hoaks yang diciptakan oleh orang yang pintar tapi hatinya jahat, disebarkan oleh orang yang jujur tapi bodoh, oleh karena itu tanya langsung ke sumber, agar tidak sesat," tandasnya.

Bersamaan ada pemutusan jaringan listrik di lau berneh, masih ada 3 lagi mata air milik pdam Tirta Malem, namun saat itu tidak berfungsi ketiganya akibat teknis dan alam semisal, Aek bolon pipa putus, mata air lau melas kena longsor, mata air la bawang tersumbat lumpur akibat hujan.

Keterangan lain didapat, menurut Terkelin Brahmana dibenarkan oleh Plt asisten 2 Gelora Fajar Purba yaitu Kendala, sesuai fakta, dapat dihitung sesuai penjelasan staf pegawai , mengemukakan sejak tarif air PDAM Tirta Malem pada tahu 1996 harga air per-meter Rp 700.- kemudian pada tahun 2010 tarif air dinaikkan per-meter sebesar Rp 500.- hingga tarif penyesuaian menjadi Rp. 1.200 per-meter air hingga sekarang ini.

"Kenaikan biaya ini ternyata tidak seimbang dengan faktor listrik yang membebani dalam pemeliharaan dan menggerakkan mesin rotator yang hidup setiap hari, alhasil berdampak kepada mesin dihidupkan kadang dua hari sekali, mengingat tingginya biaya operasional listrik, namun demikian PDAM Tirta Malem tetap bertahan walaupun sudah diujung tanduk. Beber bupati sesuai Keterangan staf pegawai PDAM Tirta Malem. Lagi, Ketidak mampuan ini, sebenarnya sudah jelas terlihat ketiak PLN dalam kurun 5 tahun yang lewat hingga tahun 2019 ini sudah menaikkan tarif listrik sebanyak 3 kali, ironisnya tarif air minum PDAM Tirta Malem masih tetap yakni Rp. 1.200 per/meter, sehingga mencukupi biaya tagihan PLN saja untuk biaya operasional mesin tidak cukup," tutur Terkelin.

"Dibanding dengan pengusaha tangki jual pasokan air kepada masyarakat, mereka para pengusaha dapat banyak untung jika dibanding dengan PDAM Tirta Malem, sebab 1 drum air dijual pengusaha seharga Rp. 6000. Sedangkan air satu meter menghasilkan 4 drum, jadi 6000 x 4 maka hasilnya Rp. 24.000. (harga air 1 meter) untuk PDAM Tirta Malem 1 meter harga Rp. 1.200, Selisih harga ini cukup signifikan," ungkap Terkelin Brahmana menceritakan hasil investigasi.

Plt Dirut PDAM Tirta Malem mengaku masih banyak pelanggan yang belum membayar rekening air, sehingga biaya untuk operasional PDAM tersendat, akibat pelanggan belum bayar, pembayaran tagihan listrik yang tertunda diperkirakan mencapai 1 M lagi.

Dirinya bersama dewan pengawas dan staf sudah menjelaskan kendala dan hambatan yang dialami Oleh PDAM Tirta Malem kepada Bupati Karo bersama tim penyehatan. "Mudah mudahan akan ada jalan keluar," harapnya.

Hal senada dikatakan Plt asisten 2 Gelora Fajar Purba selaku membawahi PDAM Tirta Malem. Secara pemerintahan daerah mengaku akan mengawal terus untuk pembenahan sistem ,baik segi tata cara manajemen adminitrasi juga akan diupayakan kedepan perbaikan pipanisasi.* Amatan dilapangan, didengar kesepakatan hari senen (9/12) akan ada rapat di DPRD Karo bersama pemda karo juga PDAM Tirta Malem, akan membahas dana bantuan pemerintah ke PDAM Tirta Malem, membahas kebijakan penyesuaian tarif air minum, agar per-meter dinaikkan dari Rp. 1200 menjadi Rp. 2000-2500, per-meter air, disesuaikan dengan kenaikan harga PLN dan dilanjutkan tim penyehatan PDAM Tirta Malem akan turun kelapangan, memasang meteran air bagi pelanggan yang belum memiliki meteran serta melakukan penindakan bagi pelanggan yang ilegal.