Medan-Penyakit difteri bisa dicegah melalui imunisasi. Hal ini diungkapkan dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu, Mked(Ped), SpA, phD pada wartawan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Jumat (6/12/2019).

Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Anak RSUP HAM ini menuturkan harusnya penyakit ini tidak ada lagi. Jadi kalau penyakit ini muncul berarti cakupannya imunisasi tidak terlalu baik.

"Kalau kita melihat satu kasus ada berarti ada kasus-kasus yang lain. Dan itu membereskannya tidak bisa satu sampai dua tahun saja. Sebagai contoh Russia butuh 10 tahun mungkin Indonesia butuh waktu cukup panjang juga. Jadi kita akan tetap punya kasusnya kalau cakupan imunisasi kita tidak kita tingkatkan," terangnya.

Terkait pasien anak asal Simalungun HS (5) meninggal dunia lantaran suspect difteri dikatakan dr Ayodhia tidak ada penyakit penyerta. Namun murni karena difterinya sudah berat dan kemudian riwayat pasien tidak mendapatkan imunisasi sama sekali.

"Pasien yang diduga difteri ini maka klinisnya akan semakin jelek dan angka kematiannya akan lebih besar. Sedangkan adiknya yang lain imunisasi tapi tidak lengkap," sebutnya.

Kasus difteri yang telah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) sudah lebih 30 orang yang dirawat sejak 2017 dan yang meninggal sangat sedikit. Untuk anak-anak 2019 baru satu ini. Lantaran terlambat mendapatkan penanganan.

"Alhamdulillah yang meninggal hanya sedikit ya," imbuhnya.

Bahkan untuk obat difteri, dr. Ayodhia di RSUP HAM juga tidak pernah kosong. Pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sehingga setiap pasien datang tidak pernah kekurangan obat.

"Jadi kita ada evaluasi kalau ada kurang kita akan minta tambahan dari dinas kesehatan. Maka responnya sangat cepat biasa kita langsung koordinasikan sehingga saat pasien sudah sampai ke rumah sakit obat juga sudah tersedia," jelasnya.

Disebutkannya obat untuk difteri ini ada dua yakni satu antibiotik karena ini bakteri maka harus masuk antibiotik agar bakterinya mati. Lalu anti difteri serum itu untuk membunuh racun yang dihasilkan oleh bakteri.

"Anti difteri serum ini yang kita peroleh dari dinas kesehatan. Dan biasanya dinas kesehatan akan langsung terjun ke lapangan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat dan melakukan evaluasi siapa kontak dan siapa yang ketemu langsung dengan pasien dan memberi akan memberi vaksin. Orangtua pasien ini juga telah diberi vaksin," pungkasnya.*