MEDAN-Merasa banyak waktu yang terbuang sia-sia diakhir pekan, Muhammad Cikal Bening Insani (18), siswa kelas XII SMKN 10 Medan bersama teman-temannya menggelar perpustakaan jalanan. Buah dari kegiatannya, kini perpustakaannya sudah menetap di kediamannya komplek Perumahan Sigara-gara No 13 D, Patumbak Kecamatan Deli Serdang.

“Kebetulan saya tinggal sendiri di rumah. Jadi saya pikir mengapa saya tidak buat rumah baca aja di rumah. Kan jadi semakin besar manfaatnya. Selain saya bisa berdiskusi bareng teman sesama penggiat literasi, anak-anak disekitar perumahan bisa bermain main sambil menambah ilmu dengan perpustakaan di rumah,”beber remaja yang akrab disapa Cikal tentang asal muasal berdirinya rumah Baca kepada Gosumut Kamis (5/12/2019).

Cikal mengisahkan sejak tiga tahun lalu orang tuanya tidak tinggal lagi di rumah mereka di Patumbak karena bekerja di areal Medan. “Saya sempat setahun tinggal bareng orang tua di Medan. Tapi terakhirnya pertengahan tahun 2018 saya pamit minta tinggal sendiri di rumah Patumbak. Orang tua saya, khususnya mamak mengizinkannya. Lagian saat itu saya lagi PKL (Praktek Kerja Lapangan) lokasi rumah saya lebih dekat dengan tempat PKL”akunya.

Cikal sendiri selama ini sudah aktif bergelut dengan kegiatan perpustakaan jalanan sejak duduk di kelas 2 SMK. “Awalnya juga karena ikut-ikutan mahasiswa yang menggelar perpustakaan jalanan di lapangan Merdeka. Saya pikir asyik juga. Akhirnya saya berdua dengan teman lainnya sepakat untuk membuat kegiatan serupa,”jelas pelajar yang bercita cita kelak kuliah di jurusan sosial politik ini.

Kegiatan itu dilakukan saat hari libur. Rutinnya adalah Minggu. “Kami buka lapaknya pukul 15.00 WIB. Lokasinya keliling. Kadang di Lapangan Merdeka, kadang ke lapangan Binjai hingga ke Pakam,”terangnya.

Buku buku dimasukkan kedalam ranser kemping, lengkap dengan tikarnya. Mulailah Cikal dengan dua temannya lagi , Oki, Rio dan Padil bergerilya ke lapangan yang biasanya hari minggu sering disinggahi orang dan keluarga yang ingin bersantai.

Tikar pun di bentang dan buku disusun. Selanjutnya berharap ada yang singgah. “Banyak juga yang singgah. Pengunjung mulanya nanya. Ini buku untuk dijual ya. Kami bilang tidak. Ini perpustakaan jalanan. Silahkan baca, gratis,”kenang Cikal.

Untuk menarik minat anak-anak, Cikal dan temannya turut menyertakan alat alat dan buku mewarnai. “Anak-anak bisa menggambar. Kami sediakan buku kertas menggambar dan pinsil warna. Siap menggambar, bisa dibawa pulang ke rumah,”imbuhnya.

Saat ditanya dari mana ia mendapatkan buku ?, Remaja ini tertawa. “Dari teman-teman kami kumpulkan. Ada yang dari donasi. Tapi buku yang terbanyak adalah buku orang tuaku. Mamakku suka beli buku. Jadi koleksinya diberikan semua sama aku,”ungkapnya tertawa.

Tentang biaya operasional menggelar perpustakaan jalanan, lagi lagi remaja tanggung ini hanya bisa tersenyum. “Dari uang jajan, diirit irit lah,”terangnya.

Karena respon pembaca banyak, kegiatan itu membuat dirinya ketagihan. " Senang sekali rasanya luhat anak anak bergembira sambil membaca buku,"terang remaja yang menyukai sosok Tan Malaka ini.

Memasuki tahun 2019 perpustakaan keliling sudah jarang dilakukan karena teman seperjuangan yang sudah berpindah. “Oki sudah kuliah di Lhokseumawe. Dua teman lagi sudah merantau ke Pekan baru. Tinggal aku sendiri di Medan. Terakhirnya perpustakaan itu kini sudah menetap di rumah. Sudah jarang ngelapak sekarang. Lagian sudah mulai sibuk juga di sekolah karena mau tamat,”ucap Cikal yang mengakui saat ini sudah memiliki 180 koleksi buku yang terdiri dari novel, karya sastra, buku cerita anak-anak, buku ketrampilan, motivasi dan lainnya.

“Saya berharap semakin banyak buku, biar anak-anak di sekitar rumah semakin betah datang untuk membaca,”harapnya.*