MEDAN - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) memastikan akan turun ke Simalungun bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sebagai tindak lanjut penemuan cacing pita sepanjang 10,5 meter yang ditemukan Tim Peneliti FK UISU pada 2017 silam. Hal ini terungkap saat Kasubdit Zoonosis Kemenkes RI, Sitti Ganefa Pakki, M Epid bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melakukan kunjungan ke FK UISU dalam rangka assesment focus daerah endemik taeniasis di Simalungun bertemu Dekan FK UISU dr Indra Janis MKT, Ketua Prodi Profesi Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD, KPTI, Wakil Dekan I (ADI) dr. Tri Makmur, Sp.S, Wakil Dekan III (KAK) dr. Alamsyah, M.Kes, dr. Rusdi Yunus, MKT dan staf Parasitologi, Senin (2/12/2019) siang.

Hadir juga staf Subdit Zoonosis Kemenkes RI, dr. Sorta Sianturi, dan Pakar Taenia Indonesia dr. Toni Wandra, M.Kes yang juga mantan Direktur RSPI.

Menurut Kasubdit Zoonosis Kemenkes RI, Sitti Ganefa Pakki, M Epid, assessmen ini dilakukan sehubungan dengan masih ditemukannya kasus taeniasis di 3 provinsi seperti Bali, Papua, dan Sumatera Utara.

"Maka dengan ini kami akan melaksanakan assesment daerah fokus khususnya di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara," ungkapnya.

Dalam pertemuan itu, pihak Subdit Zoonosis Kemenkes RI akan meninjau terlebih dahulu lokasi daerah endemik taeniasis di Kabupaten Simalungun, tepatnya di Negeri Mariring, Silau Kahean.

"Pada pembahasan tadi, Tim Peneliti FK UISU bersama Kemenkes RI, sudah sepakat akan ke turun ke Simalungun setelah adanya obat Praziquatel, sehingga kita bisa melakukan pemeriksaan kembali secara menyeluruh kepada warga di sana," ungkap dr Umar Zein.

Sementara itu, Dekan FK UISU, dr Indra Janis MKT menerangkan, kehadiran Tim Peneliti FK UISU bersama Kemenkes RI nanti merupakan tindak lanjut dari penelitian cacing pita pada 2017 lalu. Namun kini dilakukan secara global.

"Setelah kita turun ke Simalungun dan mendapatkan hasilnya, barulah kemudian bisa kita simpulkan penanganan seperti apa yang harus kita lakukan ke depan," ungkap Indra.

Menurut Indra, pihaknya juga siap bersinergi dengan Kementerian Kesehatan RI untuk melakukan perumusan menentukan langkah-langkah apa saja yang akan diambil untuk penanganan penyakit zoonosis ini di Indonesia. Sebab, Indonesia yang masuk dalam salah satu dari 14 negara yang tergabung dalam Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), sudah berkomitmen untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit zoonosis secara global.

"Jika diizinkan, FK UISU siap untuk dilibatkan dalam melakukan perumusan. Apalagi kita ketahui bersama, Indonesia komitmen cegah dan tanggulangi penyakit zoonosis secara global pada Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting ke 5 pada November 2018 lalu di Nusa Dua, Bali," terangnya.