PEKANBARU - Wakil Ketua MPR RI Dr. H.Hidayat Nur Wahid, M.A (HNW) mengungkapkan bahwa untuk merajut kebersamaan, bangsa Indonesia harus memahami sejarah bangsanya sendiri.

Dengan memahami sejarah bangsa, maka satu sama lain akan saling mengerti bahwa setiap elemen bangsa memiliki peran yang luar biasa, dari mulai perjuangan merebut kemerdekaan sampai pendirian negara Indonesia.

Hal tersebut dikatakan HNW, saat menjadi narasumber Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerja sama MPR dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Pekanbaru, Provinsi Riau, yang dihadiri sekitar 200 lebih peserta, pengurus dan anggota KAMMI dari berbagai perguruan tinggi di sekitar Pekanbaru.

Sosialisasi yang digelar di Ballroom Hotel Mona Plaza Pekanbaru, Jumat (22/11/2019) tersebut, juga dihadiri oleh anggota MPR RI dari kelompok DPD Muhammad Gazali dan Wakil Rektor III Universitas Riau Dr. Iwantono, M.Phil, serta perwakilan Pemprov Riau, sebagai narasumber.

Bagi HNW, pemahaman anak bangsa akan sejarah bangsanya sangat penting. Selain timbul kesadaran tentang betapa besarnya kiprah seluruh elemen bangsa terhadap perjalanan negara Indonesia, juga memberikan wawasan dan pencerahan untuk generasi muda, yang masih minim pengetahuan sejarah Indonesia.

"Kesadaran kolektif bangsa yang memahami bahwa seluruh elemen bangsa memiliki kiprah yang sama besar, akan menghilangkan image negatif yang ditujukan ke salah satu elemen bangsa, akibat beberapa peristiwa yang merugikan masyarakat," tambahnya.

HNW memberikan contoh, umat Islam adalah salah satu elemen bangsa, yang selalu diberikan image negatif, antara lain radikal, sebagai akibat beberapa peristiwa teror yang dilakukan segelintir oknum.

Sehingga berbagai fitnah dan Islamophobia marak terjadi. Padahal, dalam catatan sejarah bangsa, betapa umat dan ulama Islam memiliki peran yang sangat besar dalam perjalanan sejarah bangsa hingga kini.

Beberapa contoh diantaranya, seorang tokoh besar Islam di tanah Riau, Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II Sultan ke-12 Kesultanan Siak. Beliau merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tidak lama setelah proklamasi, Sultan Syarif menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia. Bukan hanya itu, sang Sultan juga menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden (sekitar 1,4 Trilyun Rupiah) untuk pemerintah Republik.***