PEKANBARU- Tindak kekerasan terhadap siswa kembali terjadi di Kota Pekanbaru, Riau. Kali ini, seorang siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jalan DR Sutomo, Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru, diduga ditampar seorang guru. Tak senang dengan perlakuan guru, orang tua siswa pun melaporkan kejadian itu ke Polsek Limapuluh, pada Minggu (17/11/2019).

Berdasarkan penuturan orangtua korban, Lauren (38) kepada GoRiau.com, peristiwa terjadi Rabu siang (13/11/2019).

"Sekitar pukul 13.05 sebelum berakhir jam istirahat, anak saya jajan sama teman-temannya yang kebetulan kelas mereka dekat dengan kantin. Pada saat posisi duduk, kemudian gurunya datang dan anak saya langsung berdiri, kemudian langsung ditampar sambil bilang kenapa kamu sekolah," jelas Lauren saat dikonfirmasi melalui jaringan seluler, Selasa (19/11/2019).

Karena anaknya merasa bingung adanya kalimat yang terlontar ''mengapa kamu sekolah'' padahal tidak mendapatkan skors. ''Anak saya pun langsung menghubungi saya dengan meminjam salah satu HP milik temannya,'' jelasnya.

"Dia bilang, ma, aku ditampar, tentu saya marah, pasti kamu nakal ya, kan biasa respon orangtua gitu. Gak ma, katanya, tiba-tiba ditampar katanya gitu. Nah setelah kejadian, itu dia masuk kelas lagi dan ternyata tasnya diambil oleh guru yang menamparnya. Lalu dia telpon saya lagu dan bilang mama tas aku diambil, mama datanglah, katanya gitu, ya udah datang lah saya," tambahnya.

Saat itu Lauren pun langsung datang ke sekolah dan memastikan apakah benar anaknya ditampar oleh guru. Karena tidak menemukan guru yang menampar maupun bagian kesiswaan, akhirnya diririnya mencari informasi ke penjaga kantin yang bernama pak Mus.

"Kata pak Mus, penjaga kantin, dia tidak mengetahui apa kesalahan anak saya, yang dia tahu, tiba-tiba guru itu nampak anak saya dan langsung ditampar. Nggak ada melakukan kesalahan pak, tidak buk katanya. Tapi nggak tau ya, mungkin sebelum masuk kantin anak saya punya salah. Soalnya bapak itu dengan penuh emosi pakai sendal kayak baru selesai sholat dan melihat anak saya langsung nampar, gitu ngomongnya," jelasnya.

Setelah kejadian itu, lanjut Lauren, walikelas mengahampirinya untuk menyelesaikan perkara mengapa anaknya ditampar. "Ayo buk kita selesaikan sama bidang kesiswaan katanya, setelah sampai ke ruang kesiswaan saya nanya, ''Pak, kenapa anak saya ditampar''.

''Oh begini buk, Anak ibuk sudah 10 hari yang lalu saya suruh orangtuanya datang, tapi tak juga datang. Makanya melihat anak ibuk saya teringat lagi, makanya saya tampar," papar Lauren mengulang pernyataan sang guru.

Lauren menilai tindakan guru yang langsung menampar anaknya sangat tidak pantas. Sebab, kesalahannya hanya karena pemanggilan dirinya karena anaknya membawa botol liquid Vape.

''Padahal saya telah memenuhi panggilan sekolah. Namun waktu sampai di sekolah,saya tidak bertemu dengan wali kelas dan kesiswaan, yang akhirnya berhadapan dengan guru lain. Dan guru tersebut tersebut ternyata tidak mengkonfirmasi kepada bagian kesiswaan langsung,'' urainya.

"Wajar nggak sih, dia (guru) menampar anak saya, berarti menampar saya karena saya nggak datang katanya. Padahal saya sudah datang. Maunya dia telepon saja aja, tanya aja. Buk kenapa tidak datang ke sekolah, saya sudah panggil ibuk melalui anak ibuk. Harusnya begitu, jangan main tampar aja," katanya.

Usai kejadian tersebut, sebelumnya memang sudah ada mediasi sesuai dengan arahan dari dinas pendidikan ketika melaporkan insiden tersebut.

"Saya sudah ke dinas pendidikan melaporkan, dan pak kadis menyarankan ada baiknya diselesaikan di sekolah. Dan saya datang ke sekolah sama buk Kabid Bhabinkantibmas, kepala sekolah guru kesiswaan. Dan guru itu sudah menyampaikan permohonan maaf ke dinas bukan ditujukan kepada saya," tambahnya.

Bahkan, ia pun sempat bertemu kepala sekolah untuk menyelesaikan perkara itu dengan meminta guru yang menampar anaknya untuk diberhentikan atau diganti dengan guru BK yang lebih sabar. Lauren sempat berfikir ulang hingga tiga kali untuk membawa kasus ini keranah hukum.

"Saya berpikir ulang, namun karena tidak ada iktikat baik dari guru yang bersangkutan akhirnya saya putuskan pada Minggu kemaren ke Polsek Limapuluh untuk melaporkan kasus ini," tutupnya. ***