SERDANG BEDAGAI - Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai menggelar rapat koordinasi bersama forkopimda terkait keresahan masyarakat atas bangkai babi di sungai dan virus cholera, Rabu (13/11/2019) sekira pukul 10.00 di Aula Pemkab Sergai di Seirampah.

Rapat ini turut dihadiri Kepala Balai Veteriner Medan drh. Agustia, Direktur Kesehatan Hewan Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian drh. Arif Wicaksono, Asisten Ekbangsos Ir. Kaharuddin, Kadis Kominfo H. Akmal, jajaran Kepala OPD, Jajaran Polres Sergai dan unsur Muspika Sergai.

Direktur Kesehatan Hewan Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian drh. Arif Wicaksono menyampaikan, sejauh ini ini belum ditemukan vaksin untuk virus cholera babi, tetapi virus cholera babi menular hanya melalui babi yang sudah terkena virus saja, bukan melalui media atau apapun.

"Virus cholera babi tidak dapat menjangkit kepada ternak ayam kambing dan lainnya, hanya dapat menyerang hewan babi saja," tegasnya.

Bahkan virus cholera babi tidak berbahaya bagi manusia, tidak dapat menjangkit kepada manusia dan daging masih dapat dimakan apabila dimasak dengan benar. Bahwa bahaya perbuatan membuang bangkai babi di sungai atau irigasi bukan bahaya oleh virus choleranya melainkan bakteri bakteri penyakit lain yang timbul dari bangkai babi tersebut.

Sementara itu, Bupati Sergai Ir H Soekirman yang disampaikan Sekdakab H. M. Faisal Hasrimy, menyampaikan virus hog cholera yang menyerang ternak babi akhir-akhir ini sudah menjadi masalah serius seiring dengan bertambahnya jumlah ternak yang mati di Sumatera.

Faisal Hasrimy menjelaskan, menurut Dinas Ketahanan Pangan Sergai, saat ini Kabupaten Sergai merupakan salah satu daerah yang terkena dampak cukup serius, ditandai dengan sekitar 894 ekor ternak babi yang mati di sentra-sentra peternakan di Kecamatan Sei Bamban, Dolok Masihul, Sei Rampah dan Tebing Tinggi.

Menurutnya, masalah bukan hanya pada dampak kematian yang disebabkan virus yang berasal dari Benua Afrika ini, namun juga perilaku tak bertanggung jawab oknum-oknum peternak yang sembarangan membuang bangkai babi di sungai. Ini bisa menjadi efek buruk tambahan bagi lingkungan dan masyarakat yang tinggal dalam radius aliran sungai.

"Semestinya kita sebagai aparatur pemerintah supaya lebih tanggap
dan responsif untuk melakukan penanggulangan wabah hog cholera ini secara komprehensif. Dengan diadakannya rapat koordinasi ini, diharapkan agar seluruh lintas sektoral yaitu dari kepolisian, TNI dan ASN bisa bersinergi dalam penanggulangan wabah virus hog cholera dan memberikan solusi terhadap munculnya wabah yang sudah mematikan 4.682 ekor babi di Sumut," ujarnya.

Dalam laporan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Panisean Tambunan telah melakukan pengambilan sampel air Sungai Bedagai pada Senin (11/11/2019) di Dusun I Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tanjung Beringin dan telah memeriksakan air sungai tersebut ke laboratorium mutu agung lestari Medan serta akan mendapatkan hasil dari pemeriksaan tersebut selama 7 hari kerja.

Senada juga dikatakan Kadis Ketahanan Pangan Sergai M Aliuddin, dalam laporannya menyebut, populasi ternak babi besar maupun kecil yang tersebar di 17 kecamatan mencapai 31.626 ekor.

“Dari data di atas, kematian ternak babi yang terindikasi terkena virus hog cholera mencapai 894 ekor yang tersebar dalam 5 kecamatan di 9 desa," kata M Aliuddin.

Sebagai langkah tindakan cepat, Aliuddin mengatakan, Dinas Ketahanan Pangan telah berkoordinasi dengan pihak terkait dan juga telah menyiapkan posko di Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sergai serta posko di setiap kecamatan.

“Kami berharap kepada Camat dan Kepala Desa jika ada hewan ternak babi milik warga yang mati segeralah lapor ke kami," pinta M Aliuddin.