JAKARTA : Kebijakan Pusat Pengelola Gelora Bung Karno (PP GBK) lebih mengutamakan sisi komersial dan mengesampingkan kepentingan olahraga. Padahal, komplek olahraga kebanggaan Indonesia yang didirikan Presiden Soekarno ini bertujuan meningkatkan prestasi olahraga Indonesia agar dapat berbicara di forum internasional.

Tidak heran jika tindakan PPGBK yang terlalu mengkomersilkan kawasan Gelora Bung Karno (GBK) itu mendapat sorotan tajam Komisi X DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kemenpora, Komite Olimpiadea Indonesia (KOI), KONI Pusat dan Pemprov Papua yang digelar di Gedung DPR-RI Senayan Jakarta, Rabu, 13 November 2019.

Anggota Komisi X DPR RI, Djohar Arifin Husein menyebut Kompleks GBK yang memiliki fasilitas luar biasa dari warisan pelaksanaan Asian Games Jakarta 2018 itu hanya bisa dilihat saja oleh para atlet nasional tanpa bisa menggunakannya untuk meningkatkan prestasi.

"Ini sangat menyedihkan. Fasilitas olahraga di Komplek GBK yang sudah dimodernisasi saat Asian Games 2018 itu sangat luar biasa. Tetapi, sayang sekarang semua fasilitas itu hanya bisa dilihat saja oleh atlet nasional dan tidak bisa memakainya sewaktu-waktu dan kapan saja untuk meningkatkan prestasinya di ajang multi event seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade serta internasional lainnya," kata Djohar Arifin Husein.

"Saya kasihan dengan atlet nasional yang sudah mati-matian berlatih tetapi tidak mendapat dukungan fasilitas yang memadai. Jadi, jangan bermimpi Indonesia kembali jaya olahraganya kalau fasilitas yang diberikan kepada atlet sangat minim," tambahnya.

Dulu kata Djohar, setiap hari bisa dilihat begitu ramainya atlet latihan di komplek GBK dari pagi sampai malah hari. Kondisi itu sudah tidak terlihat lagi akibat mahalnya biaya sewa fasilitas tempat latihan maupun pertandingan.

"Sekarang GBK sangat sepi. Kosong. Karena, begitu mahal biaya sewa akibat pengelolaan GBK yang lebih mengutamakan komerial bisnis. Kita lihat saja beberapa induk-induk organisasi (PB/PP) yang berada di GBK sudah bertaburan kemana-mana. Seperti atletik yang sudah pindah ke Stadion Pakansari Bogor. Mefeka menggelar kejuaraan sudah tidak lagi di senayan begitu juga atlet nasionalnya menjalani latihan persiapan menuju multi event. Ini kan sudah menyalahi semangat Bung Karno dalam membangun olahraga Indonesia," jelasnya.

Berbicara masalah SEA Games Filipina 2019, mantan Ketua Umum PSSI ini menyebut Indonesia tidak mungkin mengembalikan kejayaaannya. Bahkan, katanya, grafik prestasi olahraga Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun. "Kita sulit mengembalikan kejayaan saat berulangkali menjadi juara umum SEA Games. Mempertahankan posisi kelima saja sudah sangat bagus di Manila," tandasnya. 

Kenapa demikian, Djohar menjelaskan persiapan atlet Indonesia sangat minim fasilitas untuk latihan. "Induk-induk organisasi (PB/PP) kewalahan mencari tempat latihan. Ada pun tempat latihan di komplek Gelora Bung Karno Senayan tetapi tidak bisa digunakan karena sudah sangat komersil. Ini suatu hal yang sangat memilukan. kita punya fasilitas tetapi tidak bisa dipakai sewaktu-waktu oleh atlet nasional," ungkapnya.***