LABUHANBATU - Satreskrim Polres Labuhanbatu yang dipimpin langsung Kasat Reskrim Polres Labuhanbatu, AKP Jamakita Purba, berhasil mengamankan 2 pelaku pembunuhan terhadap Maraden Sianipar (55) dan Maratua P Siregar (42), yang ditemukan tewas di perkebunan sawit PT SAB/KSU Amelia beberapa waktu lalu.

"Dua pelaku diamankan, dan empat lainnya masih dalam pengejaran," terang Kapolres Labuhanbatu, AKBP Agus Darojat melalui Kasat Reskrim Polres Labuhanbatu, AKP Jamakita Purba, Selasa (5/11/2019).

Kedua tersangka, imbuh Kasat, yakni VS alias Pak Revi (49) dan SH alias Pak Tati (50) yang keduanya merupakan warga Dusun VI Sei Siali, Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu.

"Empat tersangka lainnya sudah kita ketahui identitasnya dan anggota masih melakukan pegejaran," tegasnya.

Kasat membeberkan, kedua tersangka memiliki peran yang sama yakni menarik dan memasukkan mayat korban ke parit bekoan serta memukul kedua korban dengan menggunakan kayu bulat dengan panjang 1 meter.

Dijelaskannya, kedua pelaku diamankan dari rumah mereka masing-masing di Dusun VI Sei Siali, Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Selasa (5/11/2019) sekira pukul 01.00.

"Dari mereka kita amankan barang bukti berupa satu unit sepeda motor Honda Revo 110 BK 5185 VAB warna hitam," terangnya.

Mengenai motif, Kasat mengungkapkan, pembunuhan ini dilatarbelakangi karena dendam terkait lahan kebun sawit.

"Saat ini kedua tersangka sudah di Polres Labuhanbatu untuk diproses sesuai hukum yang berlaku," tandasnya.

Sedangkan pasal yang disangkakan, penyidik mengganjar pelaku dengan Pasal 340 subs 338 Jo 55, 56 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Sebagaimana yang diwartawakan sebelumnya, Maraden Sianipar (55), ditemukan bersimbah darah di parit bekoan tepatnya di belakang mess PT SAB/KSU Amelia pada Rabu (30/10/2019) sekira pukul 18.00. Kemudian, rekan korban Maratua P Siregar alias Pak Sanjai (39), ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada Kamis (31/10/2019) tak jauh dari jasad Maraden ditemukan.

"Korbannya menjadi dua orang, ditemukan sekitar 200 meter dari TKP ditemukannya jasad Maraden Sianipar," ungkap Kapolsek Panai Hilir, AKP Budiarto.

Sementara itu, menurut keterangan sahabat korban, Budi Saragih, peristiwa ini diduga berawal dari dimenangkannya dinas kehutanan atas lokasi PT SAB/KSU Amelia Dusun VI, Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir.

"Saat itu pula banyak berdatangan kelompok-kelompok yang ingin mendodos sawit di lahan perkebunan kelapa sawit PT SAB, termasuk kelompok Maraden dkk. Begitupun, pihak perusahaan masih mengajukan banding ke pengadilan, karena diduga lahan yang dikuasai PT SAB adalah hutan lindung," bebernya.

Meskipun banding, lanjut dia, namun kelompok Maraden dkk masuk lagi ke lahan PT SAB hingga akhirnya terjadilah pertengkaran dengan pihak perusahaan termasuk kelompok Maraden dkk.

"Setelah berlanjut, tidak dikasih buah sawit keluar dari kebun dan selanjutnya akses masuk dipalang oleh pihak perusahaan agar tidak ada yang bisa masuk atau keluar dari kebun," jelasnya.

Selanjutnya, pada Senin (28/10/2019) kemarin, centeng kebun membawa parang dan menjaga palang agar buah tidak keluar. Kemudian, Selasa (29/10/2019) kemarin, Maraden datang ke Berombang, lalu sempat dinasehati oleh temannya yang lain bernama Bintang.

"Jangan lae masuk, orang itu bawa parang. Namun, korban tetap bersikeras untuk masuk ke lahan kebun sembari menjawab biar dia dan Pak Sanjai yang masuk," bebernya.

Jam 3 sore, Burhan dan Maraden sempat kontak. Dalam pembicaraannya, Maraden meminta agar Bintang pergi ke timbangan dan mengambil uang, sebab buah sawit berhasil dikeluarkannya dari dalam kebun.

"Siap kata si Bintang, terus diambilnya uang itu ke timbangan, gak jauh memang dari tempat orang itu ngopi dengan Pak Burhan," jelasnya.

Namun, sekira pukul 15.30, Bintang menelpon Maraden sembari ingin mengabarkan bahwa uangnya sudah dia pegang.

"Setengah empat ditelpon, aktif tapi gak diangkat sampai dengan malamnya. Besok paginya, karena mereka duga sudah lain, maka mereka melapor ke Polsek, karena kereta yang dipakai Maraden kan keretanya Pak Burhan, jam 3 sore, terus jam 6 ditemukanlah jenazah Maraden di dalam parit di belakang mess perkebunan itu," jelasnya.

Malam itu juga, sambung dia, mereka juga berkeinginan mencari Pak Sanjai, tapi karena sudah gelap, akhirnya diurungkan untuk melakukan pencarian.

"Hari ini dicari lagi, akhirnya ditemukan mayat si Sanjai ini, kira-kira sejam yang lalu lah," tukasnya.