MEDAN - Nasabah PT Bank Rabobank International Indonesia, mempertanyakan nasib aset yang dijadikan agunan dalam mendapatkan pinjaman permodalan. Pasalnya, tahun 2020 bank tersebut, akan menghentikan operasional dan meninggalkan Indonesia.

Salah satu nasabah yang bingung dan resah yakni Sunarjo warga Jalan Gajah Kelurahan Pandu Hilir. Sebab sampai saat ini, belum mendapatkan kejelasan aset yang dijadikan agunan berupa sertifikat tanah bangunan pabrik dan mesin-mesin di bank tersebut.

Anak Sunarjo, Adil Anwar Sunarjo (33), Rabu (16/10) menuturkan, keresahan tersebut setelah pihaknya mendapat surat pemberitahuan jika Bank Rabobank yang akan hengkang dari Indonesia. Sementara, pinjaman untuk kredit investasi senilai Rp8 miliar yang dimulai pada tahun 2013 itu, belum lunas. Bahkan pembayarannya sejak pertengahan tahun 2018 mulai tersendat.

Hal tersebut, kata dia, sebagai imbas dari kondisi perekonomian. Bahkan banyak bisnis yang juga goyang, termasuk usaha produksi saos keluarganya. Belum lagi adanya gangguan dari oknum yang kerap mencari-cari kesalahan usaha keluarganya.

Menyadari bisnisnya tidak lagi lancar, keluarga pun berupaya untuk melunaskan kreditnya. Selain itu, dia juga bertanya dan meminta agar sisa kreditnya direstrukturisasi. Namun pihak bank mengatakan agar nasabah menunggu keputusan dari Jakarta.

Sembari menunggu, keluarganya berusaha mengumpulkan modal agar bisa menutup kredit dengan menjual sejumlah aset. Hanya saja dari total pinjaman Rp8 miliar, hanya terkumpul sebesar Rp3 miliar.

“Ada pembayaran sebanyak Rp3 miliar. Tapi ternyata yang dibayarkan hanya Rp2,6 miliar, Rp400 juta katanya untuk bayar bunga dan denda. Saya minta rinciannya, belum dapat sampai sekarang,” bebernya.

Sembari menunggu kepastian, belakangan ujar Adil, pihaknya mendapatkan informasi jika aset nasabah kredit macet tidak segera diamankan, berpotensi untuk dijual dan dilelang. Hal tersebut semakin membuat keluarganya panik, bahkan ayahnya jatuh sakit. Di sisi lain, untuk mempertanyakan nasib asetnya, dia tidak tahu harus disampaikan kemana.

“Bingung mau bertanya kemana. Kepikiran, tidak ada kejelasan, apa benar akan dilelang atau dipindahtangankan. Kalau dijual dijual ke siapa,” ujarnya penuh tanya.

Apalagi, sambungnya, pegawai Bank Rabobank yang selama ini berkomunikasi dengan nasabah, menyarankan agar mengalihkan kreditnya pada multifinance. Namun agunan yang harus disiapkan minimal Rp 16 miliar.

“Kita enggak sanggup, beberapa bulan kemudian kita ditawarkan lagi ke pinjaman pribadi dengan bunga 3 hingga 5 %. Kita rasa nggak pas,” imbuhnya.

Secara terpisah, ketika dikonfirmasi di kantor Bank Rabobank, Surya Batara selaku marketing mengatakan, pihaknya tidak bisa memberikan sembarangan informasi, karena harus melalui Humas.

"Kita tidak boleh menerbitkan informasi sembarangan. Karena semua harus dari Jakarta," ujarnya singkat.