MEDAN - Memasuki September 2019 Kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) Regional I/Medan tumbuh sebesar 18,15% atau senilai lebih kurang Rp 1,4 triliun dari target 1,7 Triliun untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dikatakan Kepala BSM Region I Medan, Ahmad Zailan hal ini merupakan pertumbuhan yang luar biasa.

"Sedangkan untuk pertumbuhan pembiayaan kita saat ini per September 2019 juga sudah tumbuh sebesar 12,13% lebih kurang senilai Rp 750 miliar dari target Rp1 triliun. Sedangkan untuk kredit macet atau MPF kita juga semakin membaik yakni 1,25%. Sementara itu untuk jenis income kita juga tumbuh 17,34% secara yoy," katanya pada wartawan, Rabu (16/10).

Saat ini, sambungnya BSM tengah fokus pada pembiayaan cicil emas dan gadai emas. Sebab produk emas tengah menjadi produk yang cukup mendapatkan peminat yang baik di masyarakat dan menjadi produk unggulan.

"Cicilan ringan, berkah dan syariah memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Jadi bila masyarakat kita pengen punya emas tapi dananya belum mencukupi maka BSM bisa memfasilitasi. Mulai dari 10 gram sampai 250 gram emas antam yang bersertifikat," sebutnya.

Dijelaskan Area Mikro dan Pawning Manager Medan Kota Bank Mandiri Syariah Kanwil I, Herry Kristianta Tarigan untuk produk tersebut yakni cicil emas menggapai masa depan dengan harga hari ini. Contohnya saat ini bila punya uang Rp 5 juta namun nilainya untuk membeli sesuatu di beberapa tahun ke depan akan menurun.

"Namun untuk harga emas ini bisa menjaga inflasi kita. Bisa juga menjadi persiapan untuk hari tua atau persiapan untuk kenaikan haji dan perjalanan ibadah. Bahkan persyaratannya sudah sangat gampang cukup isi formulir cicilan dan foto copy KTP saja dan bisa investasi emas minimal dari 10 gram," bebernya.

Untuk angsuran cicilan, sambungnya cukup hanya Rp100 ribuan saja dimana masyarakat bisa memiliki emas 10 gram melalui autodebet dari rekening untuk pembayaran tiap bulannya. "Nah harga emas itu pada saat dicicil harganya naik turun. Jadi bila di awal atau akad angsuran akan tetap walaupun harga emas mengalami kenaikan atau penurunan. Bahkan investasi emas juga beresiko rendah," pungkasnya. (*)