JAKARTA - Pelantikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2019-2024 telah usai digelar pada Selasa (1/10/2019). Hampir separuh dari jumlah kursi di Senayan, diisi oleh legislator-legislator baru.

Salah satu pendatang baru di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta adalah perempuan muda, Athari Gauthi Ardi, yang lolos mewakili rakyat di daerah pemilihan (Dapil) Sumatera Barat (Sumbar) I bersama Partai PAN.

Darah politiknya mengalir dari Ayahanda, Epyardi Asda yang pernah menjabat hampir tiga periode di Komisi V DPR RI. Komisi ini membidangi, Infrastruktur dan Perhubungan sehingga bermitra dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoardjo (BPLS), Badan Pengembangan Wilayah Surabaya- Madura (BPWS), serta Kementerian Desa

Dalam sebuah diskusi di Jakarta beberapa bulan lalu, Athari sempat menjadi perhatian karena keberaniannya untuk bicara anti terhadap budaya "siram" dalam berkontestasi politik. Lalu bagaimana proses konstestasi yang Ia jalani saat gelaran Pileg 2019 lalu dan apa yang akan Ia berikan pada pemilih melalui kewenangannya sebagai wakil rakyat?

Berikut ini adalah wawancara GoNews Grup dengan Athari di Nusantara I, usai Sidang Paripurna MPR-Pelantikan Ketua dan Wakil Ketua MPR RI periode 2019-2024, Kamis (3/10/2019) malam.

Pelajaran dari Kontestasi Politik Pertama menuju Senayan

Saya melihat betapa pentingnya seorang Wakil Rakyat ini benar-benar mewakili suara rakyatnya. Ada 8 kursi anggota DPR RI dari Sumbar I saja, digabung dengan Sumbar II, ada 14 kursi. Tetapi kita masih lihat banyak ketertinggalan di daerah kita. Idealnya,14 orang wakil rakyat kalau benar-benar memikirkan dapilnya, seharusnya kan ada pembangunan.

1-2 wujud pembangunan, mungkin tidak semuanya, nggak bisa kita bicara sempurna, semua dibangun, nggak bisa. Tapi setidaknya, idealnya ada lah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi malah kita lihat, 5 tahun terakhir kan malah menurun. Nah, ini menjadi keprihatinan.

Duduknya Wajah Baru, Harapan Baru Masyarakat di Senayan

Terpilihnya wajah-wajah baru, terutama Saya dari Sumbar I, artinya ada harapan baru dari masyarakat. Insya ALLAH ini artinya masyarakat tetap percaya kepada DPR-nya, tetap percaya kepada wakil-wakil rakyatnya, walaupun diberitakan kan masyarakat sudah tidak percaya, tapi saya yakin dengan terpilihnya wajah-wajah baru brarti masih ada harapan dari masyarakat untuk DPR yang baru.

PR di Sumbar I

Saya berharap bisa turut membangun infrastruktur untuk Sumbar karena masih banyak jalan-jalan yang tidak layak pakai. Saya harapkan dengan terbangunnya jalan jalan ini, berarti kan terbangunnya akses yang lebih baik bagi masyarakat.

Dari perkebunan ke perkotaan, misalnya, kalau jalannya bagus kan mereka bisa lebih ada peningkatan perekonomiannya, gitu. Kalau sekarang dengan jalan buruk, kan orang harus jalan kaki, biaya transportasi yang mahal, gitu kan!

Dengan terbangunnya jalan-jalan tadi atau infrastruktur lainnya, diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Sumbar.

Selain itu ada juga saluran irigasi. Itu perlu juga karena Sumbar itu kan, masih banyak petani-petaninya. Dan dari sisi lain, mungkin dari sisi UMKM misalnya. Padang itu kan orangnya hobinya berbisnis ya, UMKMnya sudah banyak tetapi memang dukungan dari pemerintah nampaknya masih kurang, masih perlu bantuan dari pemerintah pusat bukan cuma dari pemerintahan daerahnya aja.

Lalu juga mungkin untuk para petani-petani karet misalnya, perlu ada regulasi-regulasi yang menguntungkan petaninya. Karena sama-sama kita tahu regulasi yang sudah dibuat, kan sekarang ini bukan meningkatkan kesejahteraan masyarakat malah mencekik masyarakat-menguntungkan beberapa pihak saja. Nah, ini perlu makanya perlu wakil-wakil rakyat membuat regulasi-regulasi yang memihak kepada rakyat.

Wejangan dari Ayah

Yang hampir tiap hari beliau ingatkan pada saya, yang pertama sholat. Yang kedua, luruskan niat, karena kalau niatnya sudah lurus Insya ALLAH jalannya selalu dibukakan.

Alhamdulillah selama 8 bulan (masa kampaye Pileg 2019, red) itu, perjuangan kan cukup berat ya. Apalagi bagi saya perempuan dari Sumatera Barat, (dimana, red) kebanyakan laki-laki yang maju. Dan masyarakat ini kan terhadap perempuan ini, kadang, perempuan ini masih suka diremehkan lah, (dianggap, red) kualitasnya kurang.

Nah, kalau sudah lurus niatnya untuk membantu masyarakat, sejahterakan masyarakat, insya ALLAH yang tadinya mungkin dilihat sebagai beban akan terasa ringan.

Mengincar Komisi V

Insya ALLAH, iya. Karena saya disini tujuannya untuk melanjutkan perjuangan Ayahanda. Beliau dulu hampir 3 periode di Komisi V DPR RI.

Nah, Pembangunan-pembangunan beliau itu banyak dirasakan langsung oleh masyarakat, inilah yang menjadi cambuk bagi saya sebenarnya, menjadi penyemangat bagi saya.

Kalau tidak ada yang melanjutkan perjuangan itu, kan sayang sekali. Banyak jalan-jalan sudah dibantu, program irigasi sudah dibantu oleh Ayahanda, ingin saya lanjutkan kembali perjuangan itu selama 5 tahun ke depan.

Lawan Politik Uang!

Banyak stigma-stigma soal politik uang yang bikin orang yang mau maju itu takut. Ini kan sudah saatnya regenerasi, banyak generasi-generasi muda yang merasa takut duluan, ingin bantu daerahnya tapi takut dengan, mungkin maaf-maaf incumbent-nya atau lawannya punya jabatan ini-jabatan itu, punya uang segini, punya uang segitu. Saya juga kemarin (kalau, red) dibilang lawannya sulit, (ya) sulit. Saya perempuan dari Sumatera Barat, walaupun itu kampung saya tapi saya melawan, yang satu incumbent, yang satu bekas Bupati dua periode. Ini kan cukup berat, tapi saya merasa, bisa! Harus turun saya sudah survei ke bawah bahkan kemarin itu (ke masyarakat, red)!

Saya sudah survey ke bawah, bahkan kemarin itu saya turun sampai 12 April dan saya selalu tanya 'udah ketemu belum dengan anggota DPR RI-nya?' Masih ada yang bilang 'belum!'. Ini kan menghawatirkan.

Jadi, saya ingin membuktikan bahwa politik uang itu bisa nggak ada itu semua. Generasi muda harus punya pemikiran yang sama, lawan aja semua! Kalau kita punya niatan yang lurus, banyak jalannya, banyak caranya.

Salah satunya apa? Turun (ke masyarakat di Dapil, red)!. Saya dari 11 Kota/Kabupaten, 9 Kota/Kabupaten saya turun. Kenapa 2 Kota/Kabupaten saya nggak turun? Karena 2 ini, basis pemih dari lawan saya. Saya nggak mau ikut campur, jadi biarkan mereka biar dapat suara agar suara partainya naik.

Menjual Edukasi Politik, Bukan Obral Janji

Saya nggak pernah janji ini-itu. Tapi saya ke bawah itu selalu menjelaskan apa yang perlu mereka ketahui tentang tugas-tugas dan hak dan kewajiban anggota DPR RI.

Dan mereka merasa senang diinformasikan. Mereka akhirnya tahu, 'Oh, DPR itu seperti ini!'. Kan banyak komen sekarang, 'Ah DPR apa sih kerjanya? Nggak ngapa-ngapain,".

Saya jelaskan ke masyarakat, DPR itu bukan 1 orang menyelesaikan semuanya, enggak. Keputusan itu kolektif kolegial, harus semuanya musyawarah-mufakat. Itu membuay setuju orang segitu banyak kan nggak gampang. Ini perlu diinformasikan ke masyarakat, jadi presepsi masyarakat tentang DPR itu perlu diubah, perlu kita segarkan. Jelaskan!

Contohnya, saya kasih tahu bahwa Komisi ini tugasnya ini komisi ini. Saya nggak jual janji, saya memberikan informasi ke masyarakat. Itu yang mereka butuhkan. Karena mereka tuh enggak mau dengar janji-janji.

Saya gunakan model kampanye dialogis, jadi saya mengedukasi ya. Saya memberikan ruang kepada mereka untuk menyampaikan aspirasi, untuk bertanya, supapa masyarakat ini merasa dihargai juga.

Yang Bisa Ditagih Pemilih

Kalau saya, memang kan mengincarnya pembangunan infrastruktur. Jadi seandainya saya diberikan kepercayaan di Komisi V, ya saya lanjutkan kembali perjuangan Ayahanda. Kan program sudah ada kan! Tinggal kita ini DPR menjadi perpanjangan tangan, bawa program itu ke Dapil kita masing-masing.

Dan satu lagi, sebenarnya inginnya sering turun ke Dapil. Karena masyarakat itu kadang kangen juga kan sama anggota DPR-nya kan! Mereka juga pengen lihat lah Anggota DPR ini, banyak lah silaturrahim ke Dapil. Kadang ada yang 'Udah duduk, lupa berdiri. Udah datang ke Jakarta, lupa Kampung,".

InsyaALLAH selama 5 tahun ke depan, silaturahmi saya dengan seluruh masyarakat yang sudah saya bina kemarin itu, tetep terus saya bina.

Sumbar atau Indonesia?

Terutama Sumbar ya, sekalipun kalau masalah regulasi itu kan untuk seluruh Indonesia. Karena gini, seorang pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang bukan memikirkan generasi saat dia memimpin tapi juga generasi setelahnya.

Jadi saya di sini bersama teman-teman yang lain berharap, pemerintahan yang sekarang ini bisa menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bukan cuma dirasakan oleh generasi sekarang, tapi juga generasi anak-anak itu. Saya juga berharapnya bisa membuat regulasi yang bisa dirasakan bukan cuma oleh Sumbar, Dapil saya, tetapi juga seluruhnya-dari Sabang sampai Merauke, itu yang saya harapkan.