SIMALUNGUN-Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memimpin upacara nasional Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Simalungun yang dilaksanakan di lapangan Tugu Letda Sudjono, Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan, Selasa (01/10/2019).

Bertindak sebagai Komandan upacara Letkol Inf Mulyo Junaidi (Danyon 126/KC) dan peserta upacara yang terdiri dari barisan TNI, Polri, PNS, OKP, Pramuka dan para pelajar serta dihadiri oleh Bupati Simalungun Dr.JR Saragih SH MM, Pejabat Provinsi Sumatera Utara, pejabat TNI dan Polri, Walikota Pematangsiantar, Wakil Bupati Simalungun, Wakil Walikota Pematangsiantar, anggota DPRD Sumut dan Kabupaten Simalungun, jajaran Pemprovsu, FKPD Kabupaten Simalungun serta jajaran PTPN III Kebun Bandar Betsy.

Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila tersebut mengangkat tema “Pancasila sebagai dasar penguatan karakter bangsa menuju Indonesia maju dan bahagia".

"Gubernur Sumatera Utara membacakan teks Pancasila yang diikuti oleh peserta upacara yang dilanjutkan dengan pembacaan ikrar penolakan PKI oleh anggota DPRD Provsu Wagirin Amran S.Sos sebagai kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Bupati Simalungun usai pelaksanaan upacara menyampaikan ajakan kepada masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila. "Melalui acara ini kita harapkan dapat mengingatkan kita pada pengorbanan para pendahulu dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan Pancasila merupakan harga mati bagi kita. Sebagai warga negara kita harus patuh dan taat pada hukum yang berlaku dan menjunjung budaya yang telah mempersatukan kita selama ini," ujar Bupati.

Selanjutnya Gubernur bersama para tamu undangan meletakkan karangan bunga di tugu Letda TNI (Purn) Sudjono yang dilanjutkan dengan pemberian bingkisan kepada keluarga Letda TNI (Purn) Sudjono.

Usai pelaksanaan upacara, ditampilkan persembahan lagu-lagu kepahlawanan seperti Gugur Bunga dalam alunan biola yang dibawakan oleh Era Millennisa Baqi Dalimunthe (Era Baqi) dan juga persembahan tarian delapan etnik Sumatera Utara.

Sebagai penutup acara, ditampilkan Fragmen Peristiwa Bandar Betsy yang menceritakan gugurnya Letda Sudjono pada tahun 1965 oleh kekejaman PKI secara keji dan tidak berperikemanusiaan, kisah ini menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia dan diharapkan hal serupa tidak terulang kembali kedepannya.*