JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Santrio menduga ada tim inti Jokowi di masa Pilpres 2019 yang tengah berpindah haluan jelang pelantikan Presiden-Wapres terpilih pada 20 Oktober mendatang. Kondisi ini, dinilai Hendri sebagai pekerjaan rumah baru bagi Jokowi dalam menentukan komposisi kabinetnya. Hal itu disampaikan Hendri saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi bertajuk "Meraba Wajah Kabinet Jokowi Jilid II" yang berlangsung di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (27/09/2019) siang.

"Saya kira tidak mudah juga bagi Pak Jokowi dalam menentukan komposisi kabinet mendatang," kata Hensat, sapaan akrab Hendri.

Meskipun, papar Hendri, tak sulit juga bagi publik untuk menebak komposisi kabinet itu pada mulanya-ketika Jokowi menyebut rencana membentuk kabinet dengan komposisi 45 persen diisi oleh kalangan partai politik, 55 persen diisi oleh kalangan profesional.

"Kan kalo dihitung matematis sederhana, dah kebaca juga, 45 persen berarti sekitar 15 Kementerian akan diisi oleh kalangan Parpol," ujar Hendri.

Sehingga, dengan matemaika sederhana itu bisa diperkirakan, lanjut Hendri, PDIP mendapat 6 kursi, Golkar 3 kursi, PKB dan Nasdem masing-masing 2 kursi, kemudian PPP 1 kurs, serta 1 kursi untuk Gerindra jika Jokowi ingin merangkul oposisi.

Tapi, gejolak massa aksi yang massiv dan dinamika politik dimana muncul dugaan tim inti Jokowi kala Pilpres 2019 tengah berpindah atau bergeser haluan, juga membuat mungkin jika Jokowi menjadi agak kesulitan dalam membentuk kabinet barunya.

"Itu (aksi-aksi demonstrasi yang massiv belakangan ini, red) jika terjadi setahun yang lalu saja misalnya, mungkin Pak LBP itu akan akan bicara. Kemana itu Pak LBP sekarang?" ujar Hensat, yang berulang kali mengaku sangat resah dengan situasi politik yang sarat aroma adu domba hari-hari belakangan ini.***