KARO - Perlambatan ekonomi dunia saat ini juga berdampak terhadap perlambatan perekonomian di Indonesia termasuk di Sumatera Utara (Sumut).  Bahkan sejumlah analis ekonomi pusat telah mengatakan perekonomian nasional memasuki fase penurunan. Untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang dulunya biasa tumbuh hampir mencapai 4% di 2019 ini hanya diperkirakan hanya tumbuh 3,2%.

Hal ini Dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Provinsi Sumut, Wiwiek Siswo Widayat dimana permasalah-permasalahan ini tentunya sangat berdampak pada Sumut sebab dari zona-zona dunia seperti Amerika, China, India, Eropa dan lainnya merupakan pangsa pasar ekspor komoditi-komoditi Indonesia terutama Sumut.

"Seperti kita tahu China merupakan pangsa pasar ekspor terbesar kita batubara dan sawit begitu juga ke India," terang Wiwiek dalam pelatihan dan gathering wartawan Kota Medan di Simalem Resort di Tanah Karo, Kamis (26/9).

Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam pertumbuhan ekonomi yang menurun di Sumut ini perlu strategi-strategi yakni diperlukan untuk sumber pertumbuhan baru.

"Identifikasi dulu lalu kita cari sumber berupa sektor yang memberikan kontribusi perekonomian di Sumut. Seperti sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran lalu sektor jasa-jasa," bebernya.

Tak hanya itu saja, sambung Wiwiek di Sumut yang menggantungkan kepada ekspor pada industri yang hanya di sisi hulu saja, dan ternyata Sumut juga mengalami ketimpangan yang sangat besar antara daratan dan kepulauan yang berbeda.

"Jadi harus juga dari sisi hilirnya. Lalu penilaian investasi yang ternyata memang kita itu dalam tanda petik kita kurang ramah terhadap investor. Maka kita juga harus mengembangkan ini kedepannya," bebernya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sumut pada kuartal kedua 2019 mencapai 5,25 persen (yoy). Perekonomian Sumut Triwulan II 2019 tumbuh 5,25 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu 5,31 (yoy). Meskipun demikian, pencapaian tersebut di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional dan Sumatra.

"Perlambatan disebabkan oleh kontraksi dari sisi ekspor sejalan dengan perlambatan ekonomi global serta penurunan harga komoditas kelapa sawit di pasar internasional . Namun demikian, perekonomian masih ditopang oleh perbaikan Konsumsi Rumah Tangga didukung oleh realisasi Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang HKBN Ramadhan dan Idul Fitri," sebutnya.

Tak hanya investasi juga meningkat terutama dari komponen bangunan seiring dengan realisasi belanja modal pemerintah yang sudah mulai berjalan. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi disebabkan oleh sektor industri pengolahan terutama subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau.

"Pangsa ekonomi Sumatera Utara merupakan pangsa ekonomi terbesar diantara 10 provinsi di Sumatera. Untuk itu ekonomi Sumut bisa mempengaruhi ekonomi di Sumatera. Tahun ini prospek ekonomi menguat didukung oleh berkelanjutannya proyek-proyek strategis multiyears di Sumatera Utara serta perbaikan daya beli masyarakat," pungkasnya. (*)