BANDUNG - Ketika pemain ini mampu tampil dominan di klub usia muda Persib Bandung, Bobotoh sangat yakin dia adalah sosok gelandang tim utama di masa depan. Tapi perbincangan tersebut rupanya banyak disematkan kepada banyak pemain lainnya, sehingga menjadi sebuah obrolan sepintas yang diiyakan saja.

Abdul Aziz adalah seorang yang sering diperbincangkan itu dibalik nama Febri Hariyadi atau Gian Zola yang lebih dulu melesat ke panggung persepak bolaan Tanah Air seiring dipanggilnya mereka ke Timnas Indonesia. Adapun Aziz adalah kapten dari Febri dan Zola di tim junior maupun di tim PON Jabar 2016 masa itu.

Perjuangan Aziz lebih sulit untuk berkarir di tim profesional. Jika Febri dan Zola mampu promosi karena faktor kebutuhan pemenuhan regulasi kompetisi yang diberlakukan musim 2017, maka Aziz harus membunuh harapan itu lantaran usianya saat itu sudah melebihi U-22.

Sempat melanglangbuana ke kompetisi futsal bersama FKB Bandung dan Libido FC, Aziz mulai berpetualang mencicipi kompetisi tertinggi Indonesia dengan melakukan debut di Persiba Balikpapan musim 2016. Dibawah tangan Jaino Matos -pelatih yang pernah menanganinya di Diklat Persib- Aziz hampir selalu menjadi pilihan utama.

Demi mengembangkan karirnya, Aziz berlabuh ke klub Kalimantan Timur lainnya Borneo FC musim 2017. Potensi besarnya masih belum keluar karena sering dibangku cadangkan. Walau demikian Bobotoh tetap menantikan Aziz berkostum Maung Bandung, namun sang pemain selalu menjawabnya: "Belum pantas," katanya.

Musim 2018 jadi masa-masa sulit Aziz, penuh optimisme dengan klub baru PSMS Medan di tangan Djadjang Nurdjaman ia mampu mengeluarkan seluruh kemampuannya karena menit bermain yang melimpah. Sayang PSMS harus turun kasta ke Liga 2 yang membuat pemain dipenuhi rasa beban dan salah.

Siapa sangka, selama tiga musim ia merajut asa karirnya untuk lebih baik, ia dibidik klub tanah kelahiran dan kebanggaannya Persib Bandung. Ia diresmikan bergabung dengan Persib 2019 setelah manajemen ingin mengembalikan pemain-pemain binaannya yang punya potensi demi peremajaan materi di tim.

Perpindahan tangan pelatih dari Miljan Radovic ke Robert Alberts sedikit membuat Aziz kembali harus beradaptasi. Kini ia mulai mendapat kepercayaan di skuat utama Robert, aksi-aksi magisnya di lapangan sempat membuat decak kagum Bobotoh. Perbincangan di awal paragraf tadi seakan tak membuat kecewa Bobotoh bahwa Aziz memang tumpuan di masa-masa mendatang.

Tapi kini Aziz belum berhasil mengangkat posisi Persib ke papan atas Kompetisi Sepakbola  Liga 1 2019. Hal itu disadarinya jika dia masih belum maksimal. Seperti apa yang pernah legenda Persib Adjat Sudrajat sampaikan 'Pujian adalah racun'. Hal itu masih berlaku untuk Abdul Aziz.

"Pujian yang Aziz tanggapi positif saja, yang penting jangan berpuas diri dulu karena Persib masih berusaha untuk berada di papan atas. Tetap rendah hati tetap bermain maksimal saja dan bekerja keras," ungkap Aziz.

Gelandang bernomor punggung 8 ini pula merasa yakin bisa banyak membantu Persib di putaran kedua. Gaya permainan yang diinstruksikan Robert Alberts semakin ia pahami dan mental yang kian terbentuk. Ia berharap jalannya cerita tim sampai akhir musim ini sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Kalau awal-awal kan Aziz main babak kedua, baru lima pertandingan terakhir Aziz main inti, sekarang sudah mulai dapat sentuhan, mental juga sudah balik lagi seperti dulu, jadi mulai sudah enak. Mungkin putaran kedua sudah teratasi semua, karena sering main, menambah percaya diri juga," paparnya. ***