JAKARTA - Politisi PDI-P, Maruarar Sirait, bicara soal radikalisme saat membahas buku genre politik berjudul 'Akal Sehat' karya Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo alias Bamsoet di Menteng, Jakarta, Rabu (28/08/2019).

Maruarar meyakini, "masih ada dari mereka (WNI yang terpapar radikalisme, red) yang bisa diajak bicara," .

Data pemetaan sel-sel radikalisme (anti Pancasila) di Indonesia pun, diyakininya sudah dimiliki oleh Badan Pengarah Idiologi Pancasila (BPIP). Namun Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Romo Benny Susetyo yang hadir di lokasi mengatakan, BPIP belum memetakan hal tersebut, tapi bisa menggunakan data BNPT terkait hal itu.

Kritisi Ara, sapaan akrab Maruarar Sirait, adalah efektifitas kerja-kerja sosialisasi Pancasila dan 4 Pilar, yang seharusnya menyasar orang-orang yang dipetakan terpapar radikalisme, "bukan kepada orang yang sudah nasionalis atau pluralis,".

Terkait dengan politik akal sehat yang menjadi buah pikiran Bamsoet dalam bukunya, Ara pun mendorong Bamsoet agar duduk bersama dengan perwakilan-perwakilan radikalis yang terdata oleh BNPT.

"Sebagai Ketua DPR, masih sisa satu bulan lagi (masa jabatan, red), undanglah (mereka, red) yang berpotensi radikal, apakah tokoh-tokohnya, apakah anak mudanya, apakah jaringannya. Ajak bicara!" kata Ara.

Pandangan Ara, keberadaan barisan radikalis (anti Pancasila) jelas turut menjadi bagian dari potret politik Indonesia. Dan politik akal sehat yang digemakan Bamsoet melalui bukunya, sedianya bisa diimplementasikan nyata dalam meminimalisir paham-paham anti Pancasila tersebut.***