MEDAN - Kelompok milenial dari mahasiswa kenotariatan Kota Medan bertemu dengan bakal calon Walikota dari jalur independen, Edy Ikhsan. Kepada Edy Ikhsan, mereka menyampaikan bahwa Medan harus melahirkan sebuah gerakan massif dari komunitas-komunitas yang berbasis pada lingkungan.

"Memang sebenarnya di kelurahan sudah ada LPM. Hanya saja ini terkesan tidak dioptimalkan," kata Muhammad Umar SH, seorang mahasiswa magister kenotariatan USU.

Menurutnya, Kota Medan butuh gerakan berbasis lingkungan dari komunitas-komunitas yang ada di tiap lingkungan.

"Tiap lingkungan ada satu komunitas yang diisi berbagai latarbelakang. Ada 2001 lingkungan di Medan ini. Ditambah dengan komunitas yang sudah terbentuk sebelumnya. Komunitas ini menjadi benteng pertama dalam mengahalau penyalahgunaan narkoba di lingkungan masing-masing. Atau bisa saja menjadi gerakan bersama mengantisipasi kriminalitas di tiap lingkungan," kata Umar.

Lebih jauh, Yandi seorang mahasiswa kenotariatan lainnya berharap, komunitas yang lahir nantinya menjadi peserta dalam setiap Musrenbang Kecamatan yang bersama Kepling akan mengusulkan pembangunan berbasis kebutuhan di lingkungan dan pengawasannya juga dilakukan bersama-sama.

"Komunitas ini nantinya saling terkoneksi dengan komunitas lingkungan lainnya di Kota Medan. Tapi tentu harus ada perhatian pemerintah dalam memfasilitasi, paling tidak harus ada kebijakan dari Walikota agar komunitas ini memiliki sebuah payung hukum yang jelas," kata Yandi.

Menurutnya, meski Perda Lingkungan sudah ada di Medan namun belum menyentuh pada kebutuhan, termasuk gerakan komunitas ini. Bahkan selama ini komunitas yang ada bergerak sendiri-sendiri tanpa terkoneksi dengan gerakan bersama.

"Kita masih sendiri-sendiri. Dalam pembangunan bahkan kita tak pernah diajak diskusi. Ini yang harus diubah ke depannya. Maka harus ada contoh project agar komunitas lain bisa diajak dan ikut dalam gerakan bersama ini," tukas Yandi.

Yandi mencontohkan Sungai Ciliwung yang kini tertata rapi dan indah merupakan hasil dari gerakan komunitas.

"Ini contoh project yang nyata. Kota Medan harusnya juga bisa," kata Yandi.

Sementara Edy Ikhsan memaparkan bahwa usulan yang disampaikan tersebut merupakan sebuah cita-cita bersama demi masa depan kota.

"Ini konsep civil society dan ciri-ciri masyarakat yang Madani ya seperti yang diusulkan tadi. Jadi pembangunan itu berdasar kebutuhan real dari bawah. Kepling harus benar-benar dioptimalkan dan jangan dibiarkan bekerja sendiri-sendiri," kata Edy.

Edy sepakat ke depan harus lahir komunitas di tiap lingkungan tersebut. Itu menjadi tonggak lahirnya sebuah peradaban masyarakat yang mencerminkan terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

Selain itu, sambung Dosen Fakuktas Hukum USU itu, peradaban yang kita inginkan ke depan adalah menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif dalam Civil Society ini.

"Komunitas yang mengusulkan pembangunan sesuai kebutuhan pada tiap Musrenbang ini harus lahir dan dikawal agar tak sekadar jadi angan-angan kita ke depan," tukas Edy Ikhsan.