TOBASA-Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Tobasa Sahat Manullang sikapi beberapa permohonan warga masyarakat Desa Sionggang Tengah di acara sosialisasi dan Pelatihan pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik dengan program Low Budget Natural Farming (LBNF) menuju Pertanian Selaras Alam Berbiaya Murah di dusun Sosormauli Kec.Lumbanjulu Kamis, (22/8/2019).

Sebelumnya Kadis menyampaikan, Dinas Pertanian dengan Dinas Ketahanan Pangan memiliki kesamaan misi dalam usaha pembangunan peningkatan perekonomian masyarakat Tobasa menuju Tobasa Hebat 2021.

Dinas Pertanian tetap melakukan pembinaan terhadap masyarakat desa dengan melalui kelompok Tani yang telah ada di desa. Pembinaan dilaksanakan dengan berbagai pelatihan diantaranya cara bercocok tanam di sawah dan kebun dan cara beternak berbagai jenis ternak kaki 4 dan kaki 2 hingga beternak Ikan sesuai dengan iklim daerah kita.

Sahat Manullang menegaskan bahwa kegiatan Rembuk Tani dan Sosialisasi serta Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik Cair menuju Pertanian Selaras Alam Berbiaya Murah yang disosilisasikan oleh Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) saat ini sangatlah mendukung untuk peningkatan pola tanam Kopi dan tanaman kebun lainnya yang nantinya akan menggunakan pupuk dan pestisida Organik hasil racikan warga sendiri yang tentunya ramah lingkungan dengan hasil yang alami.

"Dengan kemampuan meracik Pupuk dan Pestisida Organik Cair yang berbahan baku alami akan mengurangi pemakaian pupuk dan Pestisida Kimia yang tentunya akan menghasilkan hasil pertanian dan Perkebuanan yang organik tanpa disentuh zat Kimia," tegasnya.

Disampaikan Kadis pertanian, hasil program penangkaran bibit Kopi di Kebun Induk Sumber Benih desa Sionggang Utara Kec.Lumbanjulu untuk masa periode pembibitan tahap pertama pada awal tahun 2019 telah membagikan bibit kopi sebanyak 50.000 batang kepada masyarakat yang diberikan langsung oleh Bupati secara simbolis.

Selanjutnya untuk 2 bulan kedepan Dinas Pertanian akan membagikan bibit Kopi sebanyak 40.000 Batang Bibit Kopi siap tanam hasil penangkaran Kebun Induk Sumber Benih desa Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu.

Untuk permohonan warga dusun 3 desa Sionggang Tengah akan permintaan Bibit Kopi, oleh Bupati Toba Samosir melalui Dinas Pertanian akan memberikan 2000 Batang Bibit Kopi siap tanam dan sisanya sebanyak 3000 batang akan dipenuhi pada Tahun 2020 nanti.

Untuk peningkatan perluasan lahan pertanaman Kopi ditahun 2016 untuk lahan tanaman kopi di Tobasa masih selus 3100 Ha, dari 3100 Ha diawal pemerintahan Bupati Darwin (2016) hingga sekarang tahun 2019 sudah mencapai 4040 Ha, dengan data ini Kabupaten Tobasa terjadi peningkatan lahan pertanaman kopi seluas 300 Ha per Tahunnya dalam 3 Tahun terakhir ini.

"Memang ada keterlambatan peningkatan pertumbuhan perluasan tanam kopi dari yang dijanjikan sebelumnya seluas 2000 Ha namun hingga tahun 2019 masih mencapai 900 Ha (Tahun 2016, 2017 dan 2018)," jelas Kepala Dinas Pertanian Sahat Manullang.

"Karena kopi adalah salah satu andalan pertanian di Tobasa dan menyangkut 7% warga masyarakat Tobasa yang hidup dari hasil kebun Kopi maka program andalan pertanian Toba Samosir dalam hal pengembangan program pertanian salah satunya adalah Kopi. Untuk mendukung program andalan Pertanian Kab.Tobasa pada Kopi Tahun 2019 telah dibagikan kepada masyarakat bibit kopi siap tanam sebanyak 50.000 batang Bibit kopi dari hasil penangkaran bibit di penangkaran Kebun Induk Sumber Benih desa Sionggang Utara Kecamatan Lumbanjulu,"ucap Sahat.

Diketahui Vietnam diera 2019 sekarang telah sanggup mencapai hasil kebun Kopi 2000 Kg Per Hektarenya (Ha), Malaysia 1500 per Ha sedangkan Indonesia secara nasional masih mencapai hasil 600 Kg per ha-nya dan untuk Kabupaten Tobasa mencapai hasil 900 Kg per Ha nya.

"Jadi kita masih hampir setengahnya Vietnam, penyebab rendahnya hasil kopi ditengarai karena warga masyarakat penanam kopi masih rentan menggunakan bibit kopi jeplek (bibit yang tumbuh liar) mengakibatkan produktifitas kopi jadi menurun.kita akui di waktu 2 tahun masa tanam memang kelihatannya bagus namun kurang produktifitasnya. Jadi diharapkan kepada para petani kopi janganlah mengulang hal yang sama dengan menanam bibit Jeplek (bibit liar),"ungkapnya mengakhiri.*