MEDAN-Aksi demonstrasi yang dilakukan pengemudi ojek online di Medan sangat disayangkan. Pendemo dinilai kurang memanfaatkan kesempatan komunikasi dua arah yang telah dibangun perusahaan dengan mitranya sejak lama.

"Yang saya sayangkan kenapa harus berdemo. Toh juga pada dasarnya ada komunikasi dua arah yang dibangun perusahaan dengan mitranya. Jadi harusnya itu dimanfaatkan sebagai media untuk mediasi kedua belah pihak. Mitra bisa memanfaatkan hal tersebut agar masukannya bisa diterima. Karena demo justru hanya memperkeruh,” kata Pengamat Ekonomi asal Medan, Gunawan Benyamin melalui keterangan tertulisnya baru-baru ini.

Gunawan menilai aksi demonstrasi tersebut masih dilatarbelakangi oleh upaya jaminan kualitas layanan yang dilakukan Gojek. Pertama terkait pemerataan orderan. Dalam survey yang pernah dilakukan Gunawan, ia menemukan adanya keluhan konsumen terkait orderan yang diambil mitra namun proses penjemputan lama. Keluhan tersebut lalu direspon pihak aplikator ojek online Gojek dengan kebijakan yang menjamin kenyamanan konsumen.

“Jadi keluhan tersebut harus direspons, dengan kebijakan yang lebih menjamin kenyamanan konsumen. Seperti memprioritaskan mitra yang lebih banyak mengambil orderan dan di ratingkan. Belum lagi mengenai GPS sejumlah mitra yang palsu, ini juga tentunya menjadi pertimbangan kebijakan untuk masalah orderan tersebut,” sebutnya.

Tuntutan lain yang pernah disampaikan pendemo kepada Gojek adalah membuka kembali pendaftaran mitra (on boarding). Padahal, kata Gunawan, jika kebutuhan konsumen masih besar maka on boarding pasti dilakukan Gojek.

“Ada juga yang mendemo agar Gojek membuka kali pendaftaran mitra atau on boarding. Isu ini tentunya harus dibarengi sejumlah kajian analisis. Salah satunya adalah keseimbangan antara permintaan dan persediaan. Kalau trennya sudah jenuh, ya memang sebaiknya ditutup dahulu. Ini agar menjaga persaingan antar driver tidak terlalu ketat, kesinambungan pendapatan mitra juga perlu dipertimbangkan di situ,” jelas Gunawan.

Sementara, untuk kasus open suspend, Gunawan menyebutkan harus mempertimbangkan sisi konsumennya terlebih dahulu. Sebab, jika open suspend dibuka begitu saja, dikhawatirkan akan berpotensi merusak bisnis perusahaan.

“Ada lagi open suspend, yang disuspend ini kan umumnya mitra bermasalah yang merugikan pelanggan maupun perusahaan. Jadi open suspend ini seharusnya mempertimbangkan sisi konsumennya terlebih dahulu. Bukan dibuka begitu aja. Karena justru sangat berpotensi merusak bisnis Gojek sendiri, dan membuat kualitas layanan Gojek menurun,” tutupnya.

Selalu Akomodatif

Merespons permintaan para driver Gojek di Medan, perusahaan Aplikasi Karya Anak Bangsa tersebut menyatakan mereka sangat menganggap penting arti penting komunikasi dengan mitra driver.

Untuk menjaga kualitas komunikasi antara perusahaan dengan mitra driver, Teuku Parvinanda, Head CA Gojek Regional Sumatera, mengatakan pihaknya selalu rutin menggelar Kopdar untuk menjaga komunikasi dua arah dengan mitra kerja mereka.

"Gojek memiliki sistem prioritas. Yang dilakukan perusahaan adalah pembaharuan sistem alokasi, dimana Gojek berkomitmen untuk terus meningkatkan kemudahan dan kenyamanan mitra driver dalam bekerja. Pada sistem ini, kedekatan dengan titik lokasi bukanlah satu-satunya parameter dalam pembagian order," sebutnya.

Lanjutnya, order yang dibuat oleh konsumen akan disebarkan kepada mitra yang berada pada radius tertentu. Kemudian, mitra yang paling rajin (tidak pilih-pilih order), punya rating tinggi, berpeluang lebih besar untuk mendapatkan order tersebut. Melalui sistem yang baru ini, jumlah mitra driver yang berbuat curang menggunakan Fake GPS dapat berkurang. Sistem baru ini juga secara tidak langsung membuat pengguna mendapat kualitas pelayanan yang lebih baik.

“Saat ini kami sudah tidak membuka lagi pendaftaran mitra driver di Medan. Namun kami juga perlu menyampaikan bahwa pembukaan pendaftaran bersifat dinamis dengan mempertimbangkan supply dan demand untuk memastikan masyarakat tetap dapat menggunakan layanan kami dengan baik," pungkasnya.*