MEDAN-Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Wilayah I lakukan pemantauan dan penelitian di salah satu pasar hortikultura terbesar di Sumatera Utara (Sumut) yakni Pasar Roga yang berada di Berastagi. Pasar Roga sendiri menjadi pusat pertemuan jual beli petani, pengepul, pedagang besar untuk di distribusikan ke Medan yakni ke Pusat Pasar dan Pasar Induk Lau cih dan kabupaten/ kota lainnya di Sumut, juga sampai ke Aceh, Riau, Batam, dan Jambi.

Pasar tersebut menjadi fokus pusat pemantauan dan penelitian KPPU selain Doloksanggul, Humbang Hasundutan dan Saribu Dolok, Simalungun.

Setiap hari, kecuali di Hari Minggu Pasar Roga menjadi denyut ekonomi untuk produk hortikultura seperti cabai, tomat, dan sayuran lainnya. Apalagi cabai merah dan rawit menjadi primadona selama 3 bulan terakhir dan menjadi salah satu pembentuk inflasi tinggi di Sumut.

“Selama tiga bulan terakhir pantauan KPPU harga tidak pernah lebih dari rata-rata Rp 40.000 dari petani ke pengepul, malah pernah mencapai Rp 75.000 dan pantauan terakhir pada hari Senin (12/8) harga cabai menjadi Rp 50.000 - Rp 55.000. Nah, hasil pantauan ditingkat petani, penyebab harga tinggi diakibatkan pasokan yang kurang,” terang Kepala KPPU Wilayah I, Ramli Simanjuntak melalui keterangan tertulisnya, Kamis (15/8/2019).

Terkait pasokan ini, lanjut Ramli butuh informasi yang akurat dan ini menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi KPPU. Bahkan untuk kondisi pangan yang selalu fluktuatif ini perlu data yang komprehensif terkait dengan pasokan atau produksi dari setiap kabupaten penghasil.

“Untuk itu perlu adanya suatu Badan Usaha Pemerintah Daerah khususnya sektor pangan yang bertugas mengelola data dan stok pangan. Selain itu, BUMD harus memiliki fasilitas cold storage atau tempat penyimpanan sehingga jika harga rendah dapat ditampung oleh BUMD yang mengelola cold storage tersebut. Ini sangat diperlukan, karena hal yang mustahil bisa mengendalikan harga jika tidak mempunyai sistem penyimpanan maupun pasokan yang terjaga sepanjang waktu.

“Yang selalu menjadi masalah terkait cabe adalah manajemen stok mengingat cabe adalah komoditi yang tidak bisa bertahan lama" ujar Ramli.

Ditambahkannya, KPPU akan terus mengkaji secara komprehensif mengenai sektor ini. Pola distribusi pangan melibatkan berbagai pihak mulai dari petani, pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran, dimana masing-masing lini distribusi memiliki struktur pasar oligopoli dan cenderung membentuk harga yang mempengaruhi harga akhir yang diterima masyarakat.

Sementara itu, melihat kondisi Pasar Roga yang saat ini Ramli menjelaskan perlu perhatian Pemerintah agar fasilitas, sarana dan prasarana dapat berfungsi dengan baik. Bahkan untuk informasi harga dan pemantauan pasokan, dari pengalaman monitoring/ penelitian KPPU di Pasar Roga tidak ada yang mengetahui jumlah pasokan setiap hari baik cabai, tomat, dan sayuran lainnya.

"Buruknya kondisi infrastruktur Pasar Roga pada saat ini perlu menjadi pusat perhatian, sesekali para pejabat dan pemangku kepentingan dapat melihat kondisi Pasar Roga secara detail. Di saat hujan kondisi jalan sangat rusak parah, becek dan penuh lumpur. Padahal Pasar Roga adalah pusat hortikultura terbesar di Sumut dan disanalah informasi harga pertama yang menjadi acuan penjualan hortikultura di Sumut,” pungkasnya.*