MEDAN-Kebiasaan tidak menghargai waktu atau dikenal dengan istilah 'ngaret' saat ini sudah dianggap menjadi hal yang biasa bagi orang Indonesia dan sudah menjadi budaya. Padahal banyak yang dirugikan salah satunya budaya ini bisa merugikan diri sendiri.

Hal ini disampaikan Ketua Departemen Antropologi Fisip USU, Dr Fikarwin Zuska dalam kampanye #antingaret yang digagas oleh decacorn pertama di Asia Tenggara Grab.

"Ngaret telah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia dan dianggap menjadi 'tradisi' yang sulit untuk ditinggalkan. Asumsi bahwa orang Indonesia tak bisa lepas dari ngaret, kini sudah menjadi stereotype, khususnya ketika membuat janji dalam sebuah pertemuan. Dampaknya, produktivitas bisa terganggu," katanya di Medan, Selasa (13/8/2019).

Fikarwin menjelaskan 'ngaret' yang seolah dilekatkan sebagai sebuah budaya merupakan hal yang harus diubah meskipun tidak mudah. Munculnya agen-agen yang mencetuskan perlawanan terhadap perilaku ngaret ini menurutnya menjadi hal yang akan sangat membantu Indonesia untuk menjadi negara yang maju. Berbagai skenario untuk menekan kebiasaan ngaret juga menjadi hal yang perlu menjadi hal yang perlu dipikirkan.

"Untuk bisa meminimalisir kebiasaan yang sudah menjamur sebagai fenomena sosial ini, masyarakat perlu mawas diri untuk mengubah kebiasaan ini. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan transportasi online sebagai armada pendukung mereka dalam mencapai tempat tujuan dengan nyaman dan cepat," ujarnya.

Sementara itu, Wawan Maulana, Marketing Manager 2-Wheel, Grab Indonesia mengatakan pihaknya saat ini terlibat aktif dalam mengkampanyekan #antingaret. Kampanye ini menurutnya menjadi penting mengingat perilaku ngaret sangat merugikan terutama dari sisi ekonomi.

"Kami terus menginisiasi munculnya pejuang-pejuang anti ngaret ditengah masyarakat. Ini penting untuk bentuk sumbangsih Grab untuk Indonesia yang menurut kami dampaknya akan sangat besar," ujarnya.

Hal yang sama disampaikan City Manager 2-wheel Medan, Grab Indonesia, Ken Pratama. Menurutnya, Grab ingin menjadi perusahaan terdepan yang mengkampanyekan jargon anti ngaret sekaligus memberikan dukungan bagi masyarakat yang tidak ingin terlambat dalam memenuhi janjinya. Sebagai salah satu perusahaan transportasi berbasis online, mereka juga terus berbenah dalam memberikan standart layanan. Beberapa pembenahan yang mereka lakukan yakni penerapan 5 juta titik jemput yang lebih akurat bagi seluruh driver, menerapkan venues sebagai panduan visual untuk memudahkan driver menuju titik jemput, menerapkan 'alamat tersimpan' kusus bagi mereka yang sering menggunakan jasa layanan grab hingga pengiriman pesan suara dan foto dari grabchat dimana driver dan pemesan dapat berkomunikasi lebih cepat.

"Ini merupakan upaya-upaya kami untuk juga mendukung aktifitas orang-orang yang tidak ingin ngaret," pungkasnya.*