SURABAYA - Fakta mengejutkan muncul dari kasus pembacokan di Dusun Balongpoh, Desa Kedungrejo, Waru. Muhammad Rofii, korban laki-laki, ternyata masih hidup, tidak tewas sebagaimana yang diberitakan. Meski saat dievakuasi ke ambulans pria tersebut dibawa dengan menggunakan kantong jenazah. Tampaknya ada alasan tersendiri mengapa Rofii diangkut dengan menggunakan kantong jenazah. Dia memang dievakuasi setelah Nur Aini. Sebab, Rofii bukanlah keluarga Nur Aini. Asal usulnya tidak diketahui. Apakah pelaku atau pihak lain.

Rofik, adik Aini, memberikan keterangan terkait hal itu. ’’Dimasukkan kantong tidak berarti sudah meninggal,’’ ungkapnya. Tujuan lainnya memudahkan petugas saat membawanya turun dari lantai 2. ’’Tangga rumahnya sempit,’’ ucapnya.

Kasatreskrim Polresta Sidoarjo Kompol Ali Purnomo mengatakan, kondisi Rofii saat ini masih kritis Dia kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Jatim. Sama dengan Nur Aini, 25, korban perempuan. ’’Memang lukanya cukup parah, tetapi takdirnya masih hidup,’’ katanya kemarin (30/7).

Sebagaimana diberitakan, Rofii dan Aini ditemukan warga bersimbah darah pada Senin (29/7). Mereka tergeletak di kamar lantai 2 rumah Aini pukul 16.30. Rofii ditengarai sebagai selingkuhan Aini. Sebab, Aini sejatinya masih punya suami sah. Yakni, Lukman yang dikabarkan pulang ke Madura.

Ali enggan berkomentar panjang. Dia menyatakan ingin fokus memburu pelaku lebih dulu. Terlebih identitasnya sudah dikantongi. ’’Mohon doanya agar kasusnya cepat terungkap,’’ paparnya.

Kapolsek Waru Kompol Saibani juga membenarkan bahwa kedua korban masih hidup. Kamar perawatan mereka dijaga ketat oleh polisi. ’’Dijaga dua orang,’’ tuturnya. Rofii dan Aini untuk sementara tidak boleh dijenguk. Sekalipun yang datang keluarga. ’’Nanti kalau sudah membaik baru boleh,’’ jelasnya.

Menurut sumber di kepolisian, sejauh ini ada tiga saksi utama yang sudah diperiksa. Masing-masing adalah Rofik, Khoirudin, dan Nur Hasanah. ’’Mereka saudara dari korban perempuan,’’ tuturnya.

Sejumlah informasi didapat. Khoirudin, misalnya. Dia mengaku sempat dibangunkan Aini sekitar pukul 15.00 saat tidur di kamar lantai 1. Dia diminta memasukkan motor Yamaha Mio milik Rofii. ’’Motor awalnya di teras. Diminta memasukkan ke rumah,’’ paparnya. Setelah menjalankan tugasnya, Khoirudin pergi ke warung kopi. Nah, saat itu Rofii ditengarai sudah ada di lantai 2.

Rofik, saksi lain, mengaku saat itu tidur di lantai 1. Dia kemudian mendengar suara gaduh dari lantai 2. Penasaran, dia naik ke lantai 2.

Baru sampai di tengah tangga, bocah SMP itu melihat Iskandar mau turun. Iskandar adalah saudara Lukman, suami Aini. ’’Bawa celurit berlumuran darah,’’ ucapnya. Di belakang Iskandar, kata dia, ada Sahid, saudara Lukman yang lain. Sahid saat itu juga terlihat membawa pisau yang berlumuran darah.

Rofik pun membuat pengakuan mengejutkan. Dia sempat digertak pelaku. Sahid mengacungkan pisau sembari berlari mengejar Rofik. Dia pun spontan berlari ke luar rumah meminta pertolongan.

Dalam pemeriksaan, dua saksi itu sempat memberikan jawaban yang sama. Lukman diakui pamit ke Sampang, Madura, pukul 11.00. Namun, fakta di lapangan menunjukkan perbedaan. Lukman disebut beberapa warga masih terlihat di sekitar rumah sekitar pukul 16.00. ’’Dengan temuan itu, ada asumsi bahwa pembacokan memang sudah direncanakan. Lukman pamit hanya alibi,’’ paparnya.***