SIMALUNGUN-Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Pematangsiantar-Simalungun Sabtu (20/7/2019) gelar diskusi mingguan dengan topik "Masa Depan Kampus tanpa Gerakan Mahasiswa".

Diskusi ini rutin tiap minggunya dilakukan oleh GMKI guna meningkatkan kapasitas kader GMKI dalam bidang keilmuannya demi terwujudnya kader profesional, ujar Andre Sinaga selaku Kabid Akspel yang pada saat itu di dampingi oleh Mayeni Saragih selaku sekbid Akspel yang membidangi program diskusi tersebut.

Pemantik Diskusi kali ini adalah Marulam Simarmata (Dosen Universitas Simalungun) dan Ganda Tua Sihombing (Asisten Advokasi).

May Luther Dewanto Sinaga selaku Ketua GMKI Pematangsiantar-Simalungun mengatakan bahwa diskusi ini digelar dengan melihat realitas yang terjadi bahwa banyaknya petinggi-petinggi kampus yang alergi dengan Gerakan Mahasiswa. Sementara bila dilihat dari latar belakang petinggi kampus tersebut rata-rata dulunya pernah menjadi oknum dalam Gerakan Mahasiswa tersebut. Oleh karena itu perlu digelar diskusi ini guna membuka pola pikir dari pihak kampus yang alergi terhadap gerakan Mahasiswa tersebut demi peningkatan kualitas kampus tersebut.

Selaras dikatakan oleh Marulam Simarmata, bahwa kampus seharusnya tidak boleh melakukan penekanan terhadap Mahasiwa yang menyuarakan Tentang kebenaran di dalam kampus, jika kampus tersebut mau dibangun dan dibenahi menjadi lebih baik.

Ganda Tua Sihombing menambahkan lagi bahwa selaku mahasiswa, harusnya memiliki mentalitas serta keberanian dalam menyuarakan apa yang dianggap benar. Tugas mahasiswa sebagai kontrol sosial kampus juga cukup berat, oleh karena itu sebagai mahasiswa harus berani membangun kekuatan di kalangan mahasiswa melalui konsolidasi seperti diskusi, belajar bersama agar semakin bertambah nya mahasiswa yang memiliki sikap kritis demi mengkawal segala kebijakan yang diambil oleh pihak kampus.

Diakhir diskusi, May Luther Dewanto Sinaga selaku Ketua GMKI Pematangsiantar-Simalungun mengatakan bahwa apabila tidak ada gerakan mahasiswa di dalam kampus tersebut, maka pada dasarnya kampus tersebut telah mati karena tidak memiliki mahasiswa yang seyogianya bertugas sebagai mitra kritik dan pemberi solusi terhadap petinggi kampus tersebut demi kualitas kampus yang lebih baik.*