LABUHANBATU - Bangsa yang rajin membaca adalah bangsa yang maju dan terbuka. Kata bijak inilah yang sering didengar. Namun terkadang akses untuk mendapatkan buku sangat terbatas, baik itu terkendala pada harganya yang relatif mahal dan juga minimnya toko buku di Rantauprapat. Namun kondisi ini harus segera diselesaikan dengan kepedulian dari berbagai kelompok masyarakat di Labuhanbatu.

"Kita tergerak akan kondisi rendahnya tingkat baca dan minimnya sarana literasi, dan untuk membantu pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam memperluas cakrawala wawasan dan ilmu pengetahuan serta untuk memperluas jangkauan rumah baca yang ada di Rantauprapat agar lebih terdistribusi secara merata di Kabupaten Labuhanbatu, kita sekelompok dosen dari Yayasan Universitas Labuhan Batu, Rantauprapat membuat gebrakan mendirikan perpustakaan/rumah baca di desa desa," ungkap Ade Parlaungan Nasution, yang Juga Dosen di STIE Labuhan Batu, Selasa (2/7/2019).

Ade mencoba memprakarsai pembukaan perpustakaan umum di desa desa sejak tahun 2017 sampai sekarang. Mengingat Ade yang hobby membaca itu mempunyai koleksi buku sekitar 10,000 judul buku di perpustakaan pribadinya.

Ide dari Ade tersebut disambut baik oleh rekan rekan sesama Dosen yaitu Bernat Panjaitan dan M. Irwansyah Hasibuan yang juga turut mengumpulkan buku buku koleksi mereka yang masih layak baca dan cocok untuk remaja. Kegiatan ini juga didukung oleh para aktivis mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan terutama dari kelompok Aktivis Mahasiswa Cipayung Plus yang juga mengumpulkan buku buku bekas yang layak baca.

Saat ini Ade dan kawan-kawan telah membantu membuka perpustakaan umum di 4 lokasi di Kabupaten Labuhanbatu yaitu di Desa Bukit Perjuangan (Bilah Barat), Negeri Lama (Biliah Hilir), Dusun Pulo Intan (Pangkatan) dan Pematang Seleng (Bilah Hulu) yang dibantu masyakat dengan meyediakan ruang baca dan layak serta mengikutsertakan kelompok pemuda atau remaja masjid setempat untuk megelolanya dan kedepan direncanakan akan dibuka di kawasan padat kelompok menengah ke bawah di wilayah perkotaan di Kota Rantauprapat.

"Sampai saat ini, dari hasil gotong royong pengumpulan buku kelompom ini telah terkumpul sekitar 2.000 buku yang telah didistribusikan ke 4 tempat rumah baca yang dikelola masyarakat di pedesaan yang terdiri dari buku anak-anak. Novel, sejarah, sain dan buku buku terapan yang diharapkan mampu merubah mindset (pola pikir) yang terbuka dan rasional dan memperluas cakrawala berfikir generasi muda Labuhanbatu," bebernya.

Ade yakin bahwa masyarakat yang cerdas dan tercerahkan adalah modal penting dalam pembangunan kabupaten labuhanbatu ke depan.*