DELI SERDANG - Infeksi baru HIV/AIDS terjadi diantaranya karena laki-laki tertular melalui hubungan seksual dengan Pekerja Seks Komersial (PSK), baik itu PSK langsung, tidak langsung atau PSK dari jejaring sosial.

Aktivis yang konsen di HIV/AIDS, Syaiful Harahap menjelaskan, saat ini pemerintah hanya terfokus di hilir saja seperti melakukan tes HIV, bukan dari hulu yakni penularan HIV.

"Tidak ada yang konkret di hulu. Misalnya pemeriksaan pada laki-laki dewasa. Selama ini yang diperiksa hanya perempuan saja, PSK, atau ibu hamil. Padahal laki-laki yang mendatangi PSK. Bayangkan satu PSK bisa melayani lima laki-laki per hari. Lima laki-laki itu berisiko atau tiga diantaranya tertular kemudian main sama istri, terus menular ke anaknya," ujar Syaiful dalam Pelatihan Media dan CSO dengan tema “Pemberitaan Media yang Positif bagi ODHA” yang diselenggaran Indonesia AIDS Coalition (IAC), Senin (17/6/2019) di Horison Sky Hotel Kualanamu.

Insiden infeksi HIV baru, lanjutnya, adalah seorang istri yang tertular dari suaminya dan bayi tertular dari ibunya.

"Ini yang harus ditekan dalam menekan mata rantai penularan HIV. Kalau menghentikan jelas tidak mungkin," ujarnya.

Untuk itu, nasib istri dan anak ada pada suaminya, sehingga bagi para suami yang ingin melakukan seks berisiko di luar harus menggunakan kondom.

"Kalau tidak pakai kondom di luar, di rumah sama istri pakai kondom. Tapikan gak mungkin dia pakai kondom, istri pasti bertanya. Makanya, gunakan kondom saat di luar," ujarnya.

Kata Syaiful, PSK langsung di lokalisir bisa diintervensi dengan program wajib kondom bagi laki-laki. "Masalahnya yang susah dijangkau ini, PSK tidak langsung misalnya di bar, kafe atau online," katanya.

Untuk hal ini, pemerintah harus didorong untuk membuat regulasi Undang Undang, agar suami istri melakukan konseling HIV. Untuk yang melakukan perilaku berisiko diminta untuk tes HIV.

"Karena tak mungkin juga buat lokalisasikan, bertentangan nanti sama daerah, apalagi Indonesia masih budaya dan agamanya kental," katanya.

Selain itu, Tim Inisiatif Petugas Kesehatan & Konseling (TIPK) harusnya meminta kepada Orang dengan HIV/AIDS (Odha) untuk berjanji menghentikan penularan mulai dari dirinya.

"Harusnya itu disampaikan, tapi sekarang sudah tidak ada kan. Tidak cukup hanya diperiksa saja, terus dikasih konseling, tapi mereka juga harus janji dari dirinya," katanya.

Begitu juga dengan transfusi darah. Syaiful menjelaskan, penularan ini juga sangat berisiko. Sebab, tidak diketahui pasti apakah darah tersebut steril atau tidak. Sehingga penting dilakukan pemeriksaan secara mendalam bagi orang yang ingin melakukan donor darah. Salah satunya dengan melakukan konseling kapan terakhir melakukan seks berisiko.

"Bagi ibu hamil juga harus hati-hati, jadi saat wanita hamil jangan hanya wanita tersebut yang diperiksa oleh puskesmas atau pelayanan kesehatan, si suami juga harus diperiksa. Ini kenapa kita lakukan? karena anak adalah masa depan dan harus diselamatkan," pungkasnya.

Selain media, pelatihan ini juga diikuti oleh LSM peduli HIV/AIDS, salah satunya yakni dari Jaringan Indonesia Positif (JIP) Deli Serdang.