TOBASA-Guzing/Guzeng alias kecapinya ala Tiongkok berhasil menghipnotis para pengunjung Festival Toba Caldera World Musik Festifal (TCWFM) 2019 yang di gelar di Bukit Singgolom desa Lintong Ni Huta Kecamatan Tampahan Kabupaten Tobasa Sabtu, (15/6/2019).

Sebelum alat musik dimainkan oleh musisi Prof Qin yang didatangkan dari negara China dan Ngartini dari Medan diawali dengan penyampaian beberapa penjelasan tentang keberadaan dan lahirnya alat musik ini di daratan China.

Sejarah dan cara memaikan alat musik Kecapi Tiongkok ini diterangkan oleh Ngartini Hoang Giri dari Medan yang merupakan seorang pengajar/Guru musik tradisional Tiongkok/China pada sekolah musik di Medan dan sudah beberapa kali tampil di beberapa Negara untuk memainkan alat musik Guzeng bersama dengan kelompok musiknya.

Di jelaskannya alat musik Kecepi Tiongkong ini disebut dalam bahasa China adalah Guzeng (baca Kucheng) yang dulunya terdiri dari 7 senar. Ngartini menyampaikan bahwa Guzeng (Kucheng) ini dulunya hanya memiliki 7 senar, seiring perkembangan zaman atau perubahan peradaban dunia berikut dengan kemajuan teknologi musik dunia di jaman sekarang ini, kecapi tersebut tetap berevolusi.

Oleh para pakar musik daratan China Kucheng dimodifikasi menjadi 21 senar dengan berbagai tingkatan alunan nada pada tiap masing masing  senarnya.

"Perubahan ini bertujuan supaya Guzeng atau Kecapi Tiongkok ini bisa berkolaborasi dengan berbagai alat musik lainnya saat ini," jelas Ngartini.

Lanjutnya, alat musik Guzeng atau yang dikenal dengan sebutan nama Kecapi Tiongkok ini sudah ada jauh di abad Sebelum Masehi di era tahun 220 SM.

Awalnya alat musik ini dikenal oleh bangsa Tiongkok dengan nama Guzing atau Guzeng.Di era sekarang untuk mengenalnya dengan sebutan Kecapi Tiongkok/China. "Alat musik ini dulunya  hanya ada di istana kerajaan dan di rumah kalangan Bangsawan China dan merupakan sebuah alat musik yang sangat mahal nilai seninya dan tidak ditempatkan di sembarang tempat serta tidak sembarang orang yang bisa untuk memainkan dan mendengarkannya kala itu di daratan Tiongkok/China," jelasnya.

Dalam kesempatan work shop tersebut Prof Qin mendemokan alat musik Kecapi daratan Tiongkok  dibukit singgolom menghipnotis para pengunjung dan peserta work shop dengan alunan irama suara musik Guzeng atau Kecapi Tiongkok yang dipetiknya.

Sebelumnya Ngartini menghadirkan sebuah lagu diiringi alat musik Guzeng dengan cerita seorang nelayan yang sedang melaut mencari ikan, ditengah laut si nelayan menebar pukatnya dan dengan penuh kesabaran si nelayan tetap bersabar dalam menunggu jalanya untuk mendapatkan ikan.

Selanjutnya Prof Qin menyanyikan lagu nasional Indonesia berjudul Indonesia Tanah Air Beta Ciptaan Ismail Marzuki. Lagu ini dimainkan Prof Qin dengan memainkan alat musik Guzeng dengan penuh perasaan dan penuh penghayatan melaui sentuhan dan petikan petikan halus jari tangannya. Alunan suara musik tesebut semakin menghipnostis peserta dan para pengunjung karena suasana berlatar belakang Panorama alam Danau Toba dan Pantai Pakkodian.

Suasana makin larut ditambah dengan tiupan semilir angin yang bertiup dari Danau Toba ke arah perbukitan Bukit Singgolom membuat suasana yang mendengarkan musik Guzeng dengan lagu Nasional "Indonesia Tanah Air Beta" semakin penuh haru dan Khidmat membuat para pengunjung semakin terkagum kagum.

Dalam kesempatan tersebut Prof Qin juga mendemokan lagu Batak berjudul Asing sing so Ciptaan Tilhang Gultom serta beberapa lagu tradisional daratan China dan Monggolia yang berkisah perjalanan dan perjuangan hidup Wanita bersama dengan lelakinya daratan China dan Mongholia di masa lalu sesuai dengan tradisi mereka.

Di akhir acara Prof Qin menjelaskan bahwa, alat musik Guzeng atau Kecapi Tiongkok ini memiliki 10 kelas dengan kriteria greitnya mulai dari greit 1 sampai Greit 10. Untuk greit 1 sampai 4 adalah dasar bermain kecapi Tiongkok.

Dalam kesempatan tersebut Qin juga menunjukkan cara masuk pentas, cara memberi hormat kepada penonton. Sebelum memainkan musik juga menjelaskan cara duduk dan jarak pemain serta jarak kaki dan posisi jari dengan alat Musik Guzeng saat hendak akan memainkannya.

"Untuk bermain kecapi Tiongkok ibarat langit dan bumi berikut antara kecapi dengan kita manusia. Karena alunan irama musik termasuk antara kita dengan sang pencipta serta merupakan luapan gambaran hidup, Perasaan dan naluri. Seperti kata pepatah Tiongkok "manusia yang tau dan mengerti akan musik juga tau dan paham cara bermain dan memaikan musik adalah manusia yang berbabahagia yang sanggup dan mengerti akan kebahagiaan," ujar Prof Qin mengakhiri penjelasannya.*