MEDAN-Di era millennial sekarang ini, banyak generasi muda yang semakin lama semakin terkikis pengetahuan akan budayanya dan pengaruh dari budaya asing yang masuk dari luar semakin meningkat. Hal itu membuat sekumpulan anak muda asal Universitas Sumatera ini untuk berinisiastif membuat sebuah band dimana genrenya beraliran etnis dan dikolaborasikan dengan musik modern yang dinamakan Scripture.

Scripture sendiri awalnya bernama Etnokustik yang diprakarsai oleh Joko Nainggolan, Saad, Hardy, Cristoper, Sandy Sinaga. Setelah adanya diskusi sesama personil, Etnokustik pun berubah nama menjadi Scripture dimana memiliki arti Kitab Suci. Nama Scripture dibuat agar para personil bermain musik sesuai dengan kaidah Agama.

Scripture sendiri awalnya bernama Etnokustik yang diprakarsai oleh Joko Nainggolan, Saad, Hardy, Cristoper, Sandy Sinaga. Setelah adanya diskusi sesama personil, Etnokustik pun berubah nama menjadi Scripture dimana memiliki arti Kitab Suci. Nama Scripture dibuat agar para personil bermain musik sesuai dengan kaidah Agama.

Scripture memiliki 7 personel. Mereka adalah para pemainnya jurusan Etnomusikologi dan Satra Batak. Mereka adalah Sardo Nababan (Vocalis), Sandi Sinaga ( Gitarist), Andreas Sinaga (Drummer), Roland Tobing (Seruling), Andre Yohanes Saragih ( Taganing), Ananda Nainggolan (Keyboardits), Fransiskus Giawa (Bass).

Mayoritas para personil Scripture jurusan Etnomusikologi dan hanya sang vokalis jurusan Sasra Batak. Dari Ilmu Pengetahuan yang diambil dari bangku perkuliahan Etnomusikologi, hal ini membuat Scripture semakin kreatif lagi dan banyak variasi yang bisa dituangkan dalam berkarya sehingga membawa mereka mendapatkan banyak prestasi. Prestasi yang mereka dapatkan adalah juara II pada Festival Pesona Indonesia (2017), juara harapan I USU Jazz (2017), juara II USU Akustik (2017), juara I Festival Fakultas FMIPA (2018), juara I Festival KPU (2018), juara I Festival Volexfest (2018), juara I Festival Fakultas FMIPA (2018), juara I Festival KPU (2018), juara I PRSU Festival (2018), juara I Megapark Festival Movet (2019), juara harapan II Festival Musik Etnik  (2019) dan juara I Festival KPU (2019).

Prestasi-prestasi yang pernah diraih itupun membawa mereka mendapatkan hadiah jutaan serta diberikan kesempatan untuk mengiringi artis nasional Ghea Indrawari dan artis Ibukota Chintya Gabriella Panggabean. Ini merupakan sebuah kebanggaan bagi mereka bias mengiringi musisi terkenal.

Suling dan Taganing pun menjadi alat musik tradisi Batak yang menjadi kekuatan mereka, yang pastinya sudah tidak diragukan lagi bagaimana keahlian mereka dalam memainkannya dan dipadukan dengan alat musik Modern yaitu gitar, bass, drum, keyboard sehingga menjadi sebuah karya arransement yang luar biasa. ULOS pun menjadi andalan serta kebanggaan mereka. Dimana dan kapanpun mereka tampil , mereka selalu menggunakan ULOS yang dipasangkan dileher mereka. Mereka tidak pernah malu menggunakannya, malah justru mereka bangga, karena itu merupakan identitas serta warisan leluhur mereka yang patut dilestarikan.

Dengan motto “ Jangan pernah melupakan budaya kita” membuat Scripture menjadi optimis menjadi musisi yang hebat dan terkenal. Dengan keperdulian yang dituangkan dengan alat musik tradisi dan genre musik etnik Batak-modern membuat para generasi muda menumbuhkan rasa cinta akan budaya mereka dan tidak terkikis oleh karena adanya pengaruh budaya asing dari luar sehingga musik Batak dapat dilestarikan dan bisa diperkenal kan ke manca Negara.*