TOBASA-Jembatan Sibangebange desa Siantar Tongatonga 3 Kecamatan Siantar Narumonda yang menghubungkan 3 Kecamatan yakni Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea rusak parah.

Jembatan Sibangebange terbentang memotong aliran sungai Asahan di desa Siantar Tongatonga 3 Kec.Siantar Narumonda mengarah ke desa Dolok Nauli Kec.Parmaksian Tobasa. Jembatan ini dibangun sesuai dengan batu prasasti yang di ujung jembatan dibangun pada 18 Maret 1983. Saat ini jembatan tersebut sudah lapuk dan hampir rubuh apalagi bila dilintasi kendaraan kendaraan roda empat.

Saat ini jembatan tersebut hanya berlantaikan papan yang disangga oleh besi tergantung. Semua papan lantai jembatan saat ini sudah banyak yang lepas/terbuka serta tiang penyangga sudah tua dan karatan. Beberapa besi pembatas jembatan di sisi kiri dan kanan sudah banyak yang patah.

Melihat kondisi jembatan saat ini yang sudah sangat memprihatinkan yang membuat orang yang meliintasinya ketakutan.

Beberapa warga kepada Gosumut menyampaikan kondisi jembatan yang sangat memprihatinkan saat ini. "Kami warga 3 desa (Siantar Tongatonga1, 2 dan 3) demikian halnya dari desa sebelah Desa Dolok Nauli Kec.Parmaksian sudah sangat ketakutan saat melintasinya apalagi dikala melintasi jembatan dengan menaiki kendaraan roda 2 khususnya roda 4 sebagai kendaraan pengangkut penumpang perdesaan. Jembatan seakan mau rubuh,"jelas Simbolon, warga setempat. Ia berharap jembatan tersebut segera diganti dengan bangunan jembatan baru.

Kepala Desa Siantar Tongatonga 3, Efendi Siahaan saat dikonfirmasi Gosumut menjelaskan, jembatan Sibangebange Desa Siantar Tongatonga 3 adalah salah satu jalan alternatif untuk penyebrangan dan penghubung Kecamatan Siantar Narumonda menuju ke dua kecamatan tetangganya (Kec.Porsea dan Kec.Parmaksian) apalagi disaat hari pekan (Rabu) jembatan ini adalah akses  jalan penyeberangan terdekat.

Warga kedua kecamatan khususnya warga desa Siantar Tongatonga 3 berikut dengan warga desa tetangganya desa Siantar Tongatonga 2 dan Siantar Tongatonga 1 berharap kiranya Pemerintah secepatnya memperbaharui jembatan tersebut.

"Harapan kami Jembatan itu sudah harus dan selayaknya diganti  dengan bangunan jembatan baru sebelum menelan korban nyawa jatuh ke sungai Asahan di saat melintasinya. Jadi sebelum jembatan tersebut menelan korban nyawa kiranya Pemerintah secepatnya untuk bertindak supaya memperbaikinya dengan membangun jembatan baru. Janganlah hanya sebatas renovasi atau perbaikan saja,"terangnya kepada Gosumut saat di konfirmasi via selulernya Jumat (31/5/2019).

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Tobasa Ir.Darlin Sagala saat di konfirmasi menyampaikan,Dinas PUPR akan menelusuri dulu siapa yang membangun itu pertama kalinya dan juga sebagai pemiliknya. Apakah bangunan jembatan itu dibangun oleh PT.TPL atau PT.INALUM.

"Nanti setelah kita mengetahuinya, kita akan koordinasikan dulu kepada mereka sejauh mana peran kepemilikan dan tanggung jawab mereka akan asset jembatan tersebut. Kalau perusahaan tersebut menyerahkannya kepada Pemerintah Kabupaten kita akan buat surat serah terimanya dan menjadi asset Pemerintah. Setelah menjadi asset Pemkab Tobasa, kami akan buat perencanaan pembangunannya,kami bukan tidak mau untuk membangunnya tetapi harus jelas dulu kepemilikannya secara resmi sesuai peraturan Hukum dan Undang Undang. Jadi harus jelas, apakah pemenerintah Daerah ataukah diantara kedua perusahaan swasta yang ada di daerah kita,"imbuhnya.

"Dinas PUPR akan meninjau jembatan tersebut usai lebaran nanti serta memastikan status keberadaan jembatan supaya bisa membuat program untuk pembangunan jembatan ke depannya," jelas Darlin.

Warga desa Siantar Tongatonga 3 J Napitupulu yang rumahnya berjarak 50 Meter dari jembatan mengatakan kepada Gosumut bahwa jembatan itu dulu dibangun oleh PT.INALUM masa Jepang sebagai pengelola perusahaan pada tahun 1983.

Dijelaskan Napitupulu, saat ini diantara kaki tiang penyangga jebatan tersebut pada kedua ujung jembatan sudah ada yang gantung dan dikhawatirkan tidak berapa lama lagi akan rubuh bila sering dilintasi oleh kendaraan karena kaki tiang penyangga di ke dua ujung jembatan sudah ada yang gantung.

"Gantungnya beberapa tiang penyangga pada kedua ujung jembatan dikarenakan pengaruh seringnya aktifitas pengerukan untuk pendalaman ruas aliran sungai Asahan oleh PT.Jasa Tirta yang dulunya pengerukan pendalaman dilakukan oleh PT,INALUM sendiri sebelum di alihkan ke PT,JASA TIRTA," jelasnya.*