BATANGTORU - Sejumlah elemen masyarakat dan puluhan masyarakat di Tapanuli Selatan menolak aktivitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang hendak menggagalkan aktivitas PLTA Batang Toru. Pasalnya, PLTA Batang Toru merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Sumatera Utara. Unjuk rasa puluhan masyarakat ini digelar di Jembatan Trikora, Pasar Batang Toru, Tapanuli Selatan. Ketua Paguyuban Peduli Lingkungan Hidup Simarboru, Abdul Gani Batubara mengatakan, pembangunan proyek pembangkit listrik berkapasitas 510 MW menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), dampaknya akan meningkatkan taraf hidup warga.

"Masyarakat dari Sipirok, Marancar dan Batang Toru (Simarboru) sudah membuat tandatangan dukungan agar proyek tetap jalan. Masyarakat sangat menginginkan peningkatan kesejahteraan dari sisi ekonomi," katanya, Senin (29/4).

Dia menyatakan, warga sangat menentang munculnya pihak-pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berupaya untuk menggagalkan proyek tersebut. Bahkan, menurutnya warga tetap solid untuk menolak kampanye penolakan pembangunan PLTA Batang Toru.

"Kami di sini tetap solid. Kami akan tetap menolak apa yang disampaikan LSM, yang selama ini dikampanyekan pembangunan tersebut merusak lingkungan, membunuh orangutan dan macam-macam alasan lain," ucapnya.

Abdul Gani menyampaikan, masyarakat di Marancar, Batang Toru dan Sipirok sudah hidup ratusan tahunan lalu, selama hidup berkehidupan warga turut menjaga orangutan dengan cara tidak pernah memburu orangutan meskipun lahan pertanian buah-buah warga disantap orangutan. Kehidupan inilah yang sangat disadari oleh warga yang bermukim di sekitar hutan Batangtoru.

“Warga dan orangutan kerap bertemu di perkebunan, tapi aktivitasnya tidak saling mengganggu,” ujarnya.

Dia juga memaparkan, luasnya hutan yang ada di Batang Toru diyakini tidak akan membuat habitat orangutan terganggu dengan lokasi proyek pembangunan sumber energi listrik ramah lingkungan. Sudah sangat berang dengan isu perusakan lingkungan yang terus digaungkan, yang menurut Abdul, 'dibonceng' pihak asing sebagai pendana.

"Sudah tahu kita. Beberapa tahun lalu, mereka juga sudah ada di sini dan tahunya mereka kalau proyek itu tidak merusak lingkungan. Mereka pura-pura nggak tahu saja," sebutnya.

Akhir-akhir ini, sebut Gani, pihaknya mendapat informasi, ada beberapa LSM lain memfasilitasi sejumlah pihak datang ke Batang Toru. Hal ini membuat masyarakat semakin berang, karena menilai isu yang dihembuskan merupakan tidak masuk akal.

"Kami sudah bentuk tim mau menghadang biar jangan masuk. Andai masuk, tetap kami kawal, sudah kami siapkan orang-orang. Masyarakat di sini makin solid," tandasnya.

Terpisah, Ketua Jaringan Advokasi Rakyat Indonesia, Safaruddin meminta pemerintah untuk mengusir lembaga (LSM-red) atau orang asing, yang melakukan kegiatan provokasi atau kampanye untuk menghambat pembangunan di Indonesia.

”Kami mendesak Pemerintah RI, mengusir lembaga dan orang asing yang melakukan upaya-upaya sistematis untuk menghambat pembangunan. Juga memutus rantai pendanaannya kepada mitra lokal yang mengkampanyekan isu-isu untuk menggagalkan pembangunan di Indonesia,” kata Safar—panggilan akrab Ketua JARI itu kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (27/4).

Kata dia, pemerintah harus berani memutus pendanaan mereka kepada LSM lokal yang berafiliasi dengan lembaga dan orang asing, dengan melakukan kampanye hitam mengggunakan isu-isu lingkungan dan Orangutan.

JARI mendukung penuh pembangunan Pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA), baik PLTA Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan mau pun PLTA Tampur di Kabupaten Gayo Luwes, Aceh, yang merupakan proyek strategis nasional (PSN).

Proyek PSN untuk penyediaan energi baru terbarukan ini, mendapat “gangguan” dari sejumlah LSM asing dan lokal, dengan mengemas isu isu negatif tentang lingkungan dan Orangutan. Padahal saat ini pemerintah sedang bekerja keras untuk memberikan palayanan kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tinggal dalam gelap.

Upaya Pemerintah RI untuk penyediaan energi terbarukan harusnya didukung oleh seluruh rakyat Indonesia agar negara menjadi kuat. “Kami sangat mendukung pembangunan PLTA di seluruh Indonesia, termasuk PLTA Batangtoru dan PLTA Tampur,” terang Safar.

Menurut Safar, keberadaan PLTA tentu akan sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Untuk PLTA Batangtoru, yang berkapasitas empat turbin, nantinya akan menghasilkan 127,5 MW dan mampu menghemat devisa negara sekitar Rp5,6 trilun/tahun. PLTA ini juga nantinya akan menjadi bukti keseriusan Presiden RI dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030, dengan capaian pengurangan emisi karbon dioksida minilam 1,6 juta ton pertahun atau setara dengan 123 juta pohon.

“Kami juga meminta kepada masyarakat Tapanuli Selatan, khususnya di sekitar Batangtoru, agar mengawal pembanguna PLTA Batangtoru ini supaya cepat beroprasi. Dan kami meminta masyarakat mengusir orang-orang yang melakukan provokasi dengan tujuan untuk menggagalkan pembangunan PLTA tersebut,” tegasnya. *