JAKARTA - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman mengaku merasa berdosa karena turut memutuskan Pemilu digelar serentak.

Namun sulitnya pelaksanaan hajat demokrasi itu, diharap tak bermuara di lembaganya.

"Saya merasa ikut berdosa karena saya ikut memutuskan," ujar Anwar di Cisarua, Bogor, Senin (22/04/2019) lalu.

"Tapi sudah lah, ini sudah terjadi. Ini bahan evaluasi ke depan. Tugas berat masih menanti kami, saya terus terang selalu berharap mudah-mudahan pemilu ini, terutama pilpres tidak bermuara ke MK," kata Anwar.

Seperti diketahui, lebih dari seratus orang yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 dinyatakan tewas, yang sebagian besarnya disebut karena kelelahan.

Menurut Ketua KPU RI, Arief Budiman, pada Selasa (23/04/2019) malam, data sementara yang diterima pihaknya menyebutkan, sudah sebanyak 109 orang yang dinyatakan meninggal dunia.

Sulitnya penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019, dikatakan Anwar, terbilang lebih sulit dari pemilu Amerika yang dikenal Mbahnya Demokrasi.

"Saya begitu pulang dari TPS, ternyata (sadar) betapa sulitnya Pemilu. Tapi putusan hakim MK pun bukan firman Tuhan, konstitusi saja bisa diamandemen," kata Anwar.***