MEDAN - Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) menyebut pihaknya melaksanakan aksi penyelamatan Orangutan di wilayah Batangtoru tanpa melibatkan atau kerjasama dengan NGO lain.

Hal ini ditegaskan Staf Komunikasi YEL, Suryadi saat ditemui di Kantor YEL Jalan KH Wahid Hasyim, Senin (15/4/2019) sore.

Mengenai aksi penyelamatan orangutan ini, sebut Suryadi, konservasi orangutan yang dilakukan mereka khususnya di daerah Tapanuli, sebenarnya penelitian ini sudah lama dilakukan.

"Kalau kita spesifiknya bergerak di penelitian orangutan. Kalau YEL sendiri, kita ngasih tahu kalau secara ilmiah orangutan di sana diperkirakan lebih kurang sekitar 800 individu, misalkan kayak gitu. Terus yang terbagi dalam blok barat dan blok timur. Dengan sendirinya IUCN sudah membuat (pernyataan) itu terancam punah dan sebagai spesies baru juga sudah diumumkan di Kemen LHK," bilang pria yang akrab disapa Adi itu.

YEL sendiri masih berfokus dalam melakukan riset. Bahkan mereka terus memantau pergerakan orangutan di sana sekaitan dengan berdirinya stasiun riset YEL di Batangtoru.

"Tapi kalau kegiatan buat petisi, kita sendiri gak pernah ya. Kita hanya menginformasikan saja. Ini ada orangutan, keadaannya seperti ini, kemungkinan untuk menjadi punah misalkan begitu (karena) ini salah satu kebanggannya Sumatera Utara, ancaman-ancamannya, mungkin itu salah satu, pembangunan PLTA itu bisa jadi salah satu ancamannya di luar penebangan-penebangan hutan ataupun pengrusakan hutan," jelasnya.

Begitupun, dirinya tidak bisa memberikan komentar soal setuju atau tidaknya adanya pembangunan PLTA Batangtoru.

"Kalau statement itu bukan posisi saya untuk menjawab itu. Tapi pada prinsipnya kita yayasan konservasi dan saya bilang di awal tadi, ya kita hanya informasikan ada orangutan Tapanuli yang layak dilindungi. Alasannya kenapa? Karena orangutan itu, manusia membutuhkan orangutan. Dalam artian, untuk menjaga keseimbangan lingkungannya," tukasnya.

Dirinya menjelaskan, dengan kondisi alam yang terfragmentasi itu, itu bisa terancam punah kalau adanya ancaman-ancaman seperti adanya pengrusakan hutan, bisa jadi karena ulah manusia itu juga.

Adi juga menuturkan, aksi penyelamatan orangutan ini dilakukan YEL tanpa ada kerjasama dengan NGO lainnya.

"Kalau kerjasama sepanjang yang saya ketahui gak ada, tapi kalau sama-sama kerja, ada mungkin. Jadi, kan ada banyak NGO yang banyak cara tujuannya masing-masing, dalam artian ini sama-sama untuk pelestarian orangutan. Sepanjang yang saya ketahui, YEL gak ada kerjasama khusus dengan NGO lain," ungkapnya.

Dirinya juga tidak bisa menjawab soal akankah ada hubungan kerjasama dengan NGO lain untuk bersama-sama melakukan aksi penyelamatan ekosistem dan orangutan.

"Kalau itu yang menjadi pertanyaan, saya pikir bukan porsi saya menjawab itu," jawabnya.

Seperti yang dikutip dari www.neraca.co.id, PLTA Batang Toru merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional‎ Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa. Proyek ini menggunakan energi baru terbarukan yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi dan Wapres Kalla berkaitan mengantisipasi perubahan iklim.

Pembangkit berteknologi canggih ini didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 hektare (ha) dan lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 ha sebagai kolam harian untuk menampung air. PLTA Batang Toru sangat efisien dalam penggunaan lahan, terutama jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan bendungan seluas 8.300 Ha untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW.