MEDAN - Mardiana Bugis, SE, Caleg DPR RI 2019-2024 No 5 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil Sumut 1 memfokuskan perhatiannya dalam kampanye caleg yang diikutinya pada kalangan masyarakat bawah seperti para abang beca dan pedagang kecil.

Nana, demikian ia biasa disapa, merasa dua kelompok tersebut merupakan kalangan yang tidak terlalu peduli denga hingar-bingar politik negeri ini. Karena prioritas mereka adalah mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Politik adalah hal yang sering tidak dipedulikan oleh kalangan bawah. Itu makanya saya hadir mendekatkan diri dan mensosialisasikan seluruh visi misi saya sebagai caleg. Tentang hal-hal yang saya perjuangkan untuk diwujudkan kalau saya kelak terpilih sebagai anggota legislatif,” kata wanita yang di blantika musik dangdut kondang dengan nama Nana Mardiana.

Para tukang beca dan pedagang kelas bawah menurut Nana adalah kelompok yang paling rentan terhadap berbagai kebijakan sosial dan ekonomi. Sehingga keberpihakan terhadap nasib mereka dan kelangsungan hidup keluarganya harus menjadi perhatian para anggota DPR.

Nana Mardiana yang asli anak Medan ini lahir di Sibolga dan menghabiskan masa kecil hingga besarnya di Kota Medan. Alumni SMPN 15 ini sempat menjadi penyanyi di TVRI Sumut dan bekerja di Bank BTPN Medan. Pada tahun 1994, Nana bertemu dengan Imam S Arifin yang kemudian menjadi suaminya, dari kesibukannya mengisi acara sebagai penyanyi dangdut di panggung kampanye.

Aktivitas tersebutlah yang akhirnya membuka jalan Nana Mardiana ke Jakarta untuk rekaman lagu dangdut. Hingga kemudian dia mengukuhkan diri sebagai salah seorang penyanyi dangdut terkenal.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Nana menegaskan bahwa ia ingin berbuat banyak untuk Sumut, khususnya bagi Dapil 1 Sumut yakni Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi. Khususnya yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan seni, di mana ia menjadi salah seorang yang intens terlibat dalam dunia seni.

“Saya menilai perhatian yang diberikan Pemerintah bagi seniman yang ada di Sumut ini masih sangat minim. Bahkan ada pengamen yang pernah saya temui di Petisah, ternyata pernah tampil di acara Golden Memories di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Tapi bibit sebagus itu malah dibiarkan saja tanpa digunakan dengan baik bagi pengembangan seni di daerah ini. Kan sayang sekali,” kata Nana prihatin.

Ditambahkan Nana, pemerintah seharusnya lebih memerhatikan para pelaku seni. Jangan hanya menggunakan mereka dalam kegiatan yang sifatnya seremoni insidental dan merasa telah cukup dengan hanya membayar sekadarnya.

“Harusnya bibit-bibit seni serta para seniman itu dibina dengan baik dan disupport untuk meraih prestasi yang baik, yang pada akhirnya akan mengharumkan nama daerah, bahkan bangsa dan negara di kancah internasional. Seni budaya merupakan salah satu kekayaan bangsa yang wajib kita perhatikan bersama,” ujar Nana.

Selain perhatian pada bidang seni, Nana juga berencana akan mendirikan Nana Mardiana Centre yang menjalin sinergi dengan berbagai organisasi perempuan, khususnya kalangan ibu-ibu. Ia akan membantu agar para perempuan dapat mandiri dan sejahtera dengan berbagai program pemberdayaan perempuan.

“Banyak masyarakat yang meragukan saya dan bertanya apakah nanti saya akan melupakan mereka jika sudah terpilih sebagai anggota DPR? Saya dengan tegas menjawab, bahwa saya tidak akan pernah melupakan siapapun yang telah memilih saya. Karena itu berarti mereka telah mempercayakan saya untuk membela kepentingan mereka. Inshaa Allah saya akan amanah,” tandas Nana.

Nana juga mengimbau, agar seluruh masyarakat di Dapil 1 Sumut jangan ada yang menyia-nyiakan hak pilihnya. “Mari kita gunakan hak pilih kita dengan baik dan memilih caleg yang berpihak pada rakyat bawah,” katanya.