JAKARTA - Sampai saat ini, masyarakat masih diramaikan dengan dugaan pembajakan akun WhatsApp milik kader Partai Demokrat yakni Ferdinand Hutahaean. Kasus tersebut masih belum mereda, namun hal serupa terjadi kembali. Kini giliran Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat, Imelda Sari.

Dugaan mengenai akun WhatsApp yang diretas diungkapkan oleh sahabat Imelda yang juga Sekretaris DPP Departemen Pariwisata Partai Demokrat, Elfira Sylviani.

Menyoal kemungkinan peretasan akun WhatsApp oleh pihak lain, Merdeka.com melansir laporan khusus dari Tekno Liputan6.com yang menghubungi Pakar Keamanan Siber, Alfons Tanujaya.

Menurut Alfons, aksi peretasan nomor WhatsApp memang dapat dilakukan dan biasanya melibatkan pengguna. Maksudnya, pengguna sebenarnya tanpa sadar memuluskan aksi peretasan tersebut.

Salah satu trik paling umum yang biasanya dilakukan peretas untuk mengambil alih akun WhatsApp seseorang adalah memanfaatkan fitur migrasi nomor di aplikasi chatting tersebut.

"Jadi, fitur migrasi nomor yang ada di WhatsApp ini biasanya disalahgunakan. Peretas biasanya berpura-pura pemilik nomor ingin berganti nomor," tutur Alfons, Rabu (3/4/2019).

Adapun cara untuk melakukannya adalah peretas terlebih dulu akan mengaktifkan nomor baru yang ingin digunakan. Setelah itu, dia memilih fitur migrasi akun dengan memasukkan nomor yang ingin diganti.

"Lalu, WhatsApp akan mengirimkan SMS ke pemilik nomor. Kadang, pemilik nomor tanpa sadar mengkliknya dan membuat akunnya berpindah. Dari pengalaman, 100 persen kasus peretasan WhatsApp terjadi dengan trik ini karena pengguna dikelabui," tuturnya menjelaskan.

Sementara untuk kemungkinan aksi peretasan dengan membobol sistem WhatsApp, menurut Alfons, hal itu secara teori memang dapat dilakukan. Namun, secara teknis hampir mustahil.

"Karena kalau sampai bisa melakukan ini, berarti harus membobol server WhatsApp dan memiliki kemampuan lebih dari Facebook. Kalau memang bisa, tentu banyak pemerintah negara-negara yang melakukannya dan semua orang bisa pindah dari WhatsApp," ujar Alfons lebih lanjut.

Oleh sebab itu, dia mengatakan sebaiknya dilakukan penyelidikan lebih lanjut terkait dugaan peretasan akun WhatsApp seseorang. Dengan demikian, dapat diketahui penyebab dengan pasti sebuah akun dapat diretas.

Kemungkinan lain terkait adanya aksi kloning nomor, Alfons menjawab memang ada kemungkinannya dari sisi teknis. Kendati demikian, hal itu hanya dapat terjadi di kartu lawas yang memang memanfaatkan teknologi analog.

"Cuma memang penggunaan kartu lawas sekarang sudah sangat jarang. Kebanyakan kartu 4G yang ada saat ini sudah memanfaatkan teknologi digital, sehingga tidak dapat lagi dikloning. Kalaupun ada kartu analog, paling di bawah 10 persen," ujar Alfons.***