JAKARTA - Selain hoby mengoleksi keris, ternyata Wakil Ketua DPR, Fadli Zon juga memiliki hoby kolektor barang langka. Bahkan, Ketua Umum Perkumpulkan Filantelis Indonesia itu, hari ini meraih penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia atau MURI atas hobynya tersebut. Tidak hanya satu, tapi Fadli Zon meraih tiga penghargaan sekaligus yang diberikan MURI, yakni sebagai pengumpul atau kolektor Stampel Pos, Perangko dan Pelakat Perangko Pos.

Penyerahan penghargaan kepada Fadli Zon ini langsung diserahkan oleh Pendiri MURI Jaya Suprana, saat pameran "Politik dalam Prangko" di gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Pameran yang dibuka secara resmi oleh Ketua DPR Bambang Soesatyo itu, Jaya memberikan langsung penghargaan tersebut disaksikan sejumlah tamu, seperti perwakilan kedutaan besar Venezuela dan Armenia, PT Pos Indonesia, Sekjen DPR Indra Jafar dan lainnya.

Fadli kata Jaya Suparna, berhak meraih rekor dunia kolektor pelat prangko Indonesia terbanyak di planet bumi. Kemudian, kolektor cap sampul terbanyak di alam semesta ini. "Pak Fadli juga kolektor cap pos terbanyak di dunia ini," tandasnya.

"Saya juga menyerahkan buku Museum Rekor Dunia Indonesia untuk Pak Bamsoet dan Pak Fadli," sambungnya.

Jaya juga mengatakan, piagam penghargaan itu adalah yang kesekian kalinya diberikan MURI kepada Fadli Zon. “Yang terakhir kemarin soal keris,” katanya.

Seementara itu, dalam sambutannya Fadli menyatakan, prangko memiliki nilai yang tinggi sebagai identitas bangsa Indonesia.

Dia menegaskan, beragam peristiwa politik bisa terekam dan dipotret melalui prangko. Menurut Fadli, prangko merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya.

Prangko kata Fadli, juga bisa mengabadikan satu perjalanan bangsa. "Prangko selalu memotret setiap perjalanan bangsa," katanya.

Ketika Indonesia merdeka lanjut Fadli, selain mencetak uang juga dilakukan pencetakan prangko sebagai identitas bangsa Indonesia di awal kemerdekaan. "Prangko menjadi identitas eksistensi bagi sebuah bangsa dan negara," ujar politisi Gerindra Ini.

Dia menjelaskan bahwa benda filateli masih relevan di tengah zaman revolusi teknologi dan informasi sekarang ini. Memang, ujar Fadli, sekarang orang sudah tidak lagi berkirim surat, kartu pos, namun kenyataannya filateli semakin masif. "Kenyataannya saja diminta menjadi ketua umum Perkumpulan Filatelis Indonesia," katanya.

Fadli menjelaskan, prangko juga semakin diminati di negara-negara maju seperti Tiongkok, Inggris, maupun Amerika Serikat. Bahkan, pameran prangko digelar setahun dua kali di luar negeri.

Pada 2016, kata Fadli, Indonesia menggelar pameran filateli se-dunia di Bandung, yang diikuti sekitar 60 negara. "Di beberapa parlemen masih menggunakan filateli sebagai suvenir untuk tamu kenegaraan," jelasnya.

Fadli menegaskan bahwa dulu prangko itu disebut hobby of the king, dan king of hobby. "Ketika itu disebut hobinya para raja, dan rajanya hobi. Sekarang juga masih banyak, dan variatif," ungkap Fadli.

Lebih lanjut Fadli mengungkapkan bahwa Perkumpulan Filatelis Indonesia adalah organisasi tertua yang ada di negeri ini. Organisasi ini didirikan pada 29 Maret 1922, dan tidak pernah putus sampai sekarang. "Perkumpulan paling tua sejak zaman Hindia Belanda yang tidak pernah putus. Ini sangat layak menjadi perhatian," pungkasnya.***