SERGAI-Ribuan Masyarakat dari berbagai daerah baik elemen masyarakat dan komunitas pencinta sungai Se-Indonesia meriahkan acara Kongres Sungai Indonesia keempat (KSI 4.0) yang berlangsung mulai 21 hingga 24 Maret 2019. Kegiatan itu dilaksanakan di lokasi Bumi Perkemahan Pramuka dan Graha Wisata Cibubur, Jakarta Timur.

Dari ribuan peserta yang hadir, Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir H Soekirman turut hadir berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa betapa pedulinya Bupati Soekirman terhadap lingkungan khususnya sungai.

Demikian diungkapkan Kadis Kominfo Sergai H Ikhsan, AP yang disampaikan kepada wartawan melalui WhatsApp, Jum'at (22/3).

Disela-sela kegiatan, Bupati Soekirman yang didampingi Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) menyampaikan bahwa perhelatan tersebut mengangkat tema " Sungai sebagai pusat peradaban bagi peningkatan kualitas hidup manusia".

Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimun itu berjalan dengan baik dan arif.

Kemeriahan acara juga melibatkan berbagai instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, komunitas pencinta sungai dan lingkungan serta media dengan tujuan untuk mendorong sinergi para pihak yang memiliki komitmen untuk memperbaiki kondisi sungai-sungai di Indonesia yang memprihatinkan.

Selain itu juga turut hadir juga Asisten Deputi Lingkungan Hidup Yuli Hartono, mewakili Gubernur DKI Jakarta, para Kepala Daerah serta relawan pecinta sungai.

Saat menjadi narasumber pada perhelatan KSI 4.0 Bupati Sergai dihadapan seluruh undangan menekankan bahwa pentingnya menjaga lingkungan dan meningkatkan kualitas sungai karena sungai merupakan sumber kehidupan.

Soekirman juga mengutarakan bahwa tujuannya menghadiri kegiatan itu karena sadar kondisi sungai di Kabupaten Sergai Tanah Bertuah Negeri masih belum terlalu baik.

Oleh karena itu, Orang nomor satu di Kabupaten Sergai itu memprediksikan bahwa pada tahun 2050 nanti akan diprediksi jumlah plastik lebih banyak dibandingkan ikan di lautan. Hal itu menunjukkan betapa tercemarnya lingkungan termasuk jika tidak dijaga kualitasnya.

Bupati mencontohkan di Kabupaten Sergai pada tahun 1970 sungai-sungainya masih terdapat 23 spesies ikan, namun pada saat ini hanya tinggal 7 spesies saja. Telah banyak jenis ikan yang punah akibat kerusakan sungai.

Terkait dengan penyebab mengapa sungai banyak yang sakit yaitu adanya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang pengelolaan sungai yang berada di provinsi dan pusat sehingga penanganan dan pengawasan sungai sangat minim dan terpinggirkan.

Lebih lanjut Soekirman menjabarkan, Sebagai contoh dalam pengambilan Galian C (mineral non logam) pasir sungai yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi tidak disertai dengan pengawasan yang ketat akibatnya banyak sungai-sungai yang rusak baik morfologi maupun estetikanya.

"Saya rasa kedepanya perlu di perhatikan lagi tentang pengawasannya mengingat adanya oknum yang tidak bertanggungjawab dan tidak perduli terhadap masalah lingkungan sungai," ujar Soekirman.

Dengan demikian Bupati berharap untuk memperbaiki sungai harus ada komitmen dan dilakukan secara bersamaan baik dari pihak pemerintah, pemanfaat sungai maupun masyarakat.

Selain itu, Soekirman mengharapkan melalui kegiatan itu akan muncul dialog-dialog yang menghasilkan ide baru sehingga dapat mendorong sinergi seluruh stakeholder untuk perbaikan sungai, harapnya.

Tak lupa juga, mantan Wakil Gubernur Sergai itu mengucapkan terimakasih kepada panitia KSI 4.0 yang telah mengundang Kabupaten Sergai dalam acara itu. Pada tanggal 14 Maret lalu, Kabupaten Sergai menjadi tuan rumah Pra KSI 4.0 untuk wilayah Sumatera Utara (Sumut) yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai daerah di Sumut.

"Kami sangat berterimakasih dengan orang-orang yang mempunyai dedikasi terhadap sungai dan mengikuti kongres ini dari tingkat pertama hingga keempat saat ini. Dengan adanya kegiatan ini maka akan banyak pengetahuan, skill, sharing pengalaman serta wawasan yang didapatkan oleh para peserta," tuturnya.

"Hal ini akan menjadi modal dasar Sergai, secara spirit Sergai tidak sendirian dalam menghadapi permasalahan yang komplek khususnya masalah kultur masyarakat melihat sungai sebagai sumber peradaban, wajah pemerintah dan sumber kesejahteraan bagi masyarakat,"pungkasnya.

“ Kami berniat setelah mengikuti KSI 4.0 ini ada jaringan baru, ada teman baru yang kami yakin bisa bersama bersinergi membangun Sergai khususnya fokus pada sungai,” ungkap Soekirman optimis.

"Kabupaten Sergai pada satu dasawarsa banyak membicarakan sungai namun masih tahap pemerintah. Oleh karenanya pemerintah saja tidak cukup harus ada komunitas yang bergerak juga," jelasnya.

"Kalau pemerintah dapat penghargaan namun rakyat tidak ada di dalamnya untuk apa?, saya lebih bangga jika rakyat yang mendapat penghargaan dari berbagai tempat. Karena rakyat merupakan tempat dimana pemerintah melakukan pelayanan dan rakyat adalah subjek pada pembangunan," akhir kata Bupati Soekirman dengan penuh semangat.*