JAKARTA - Lini masa media sosial Twitter, Selasa (19/3/2019) pagi muncul tanda pagar (tagar) #SayaNUSayaMilih02 dan sempat menduduki lima besar topik yang ramai dibincangkan.

Usut punya usut, pencetus tagar ini merupakan tokoh NU Jawa Timur yakni Habib Abubakar bin Hasan yang juga Wakil Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Pasuruan.

Habib Abubakar memiliki alasan mengapa dirinya membuat tagar tersebut? Menurut dia, tagar tersebut merupakan respons atas kampanye hitam yang disampaikan dalam pidato yang dilakukan KH Anwar Iskandar terkait pasangan Prabowo-Sandi.

"Intinya selama ini dihembuskan di belakang Paslon 02 itu seolah kelompok radikal. Di kubu 02 itu dianggap kurang NU-nya. Maka secara spontan membuat hastag itu," ungkap Habib Hasan, Selasa (19/3/2019) lalu.

Berikut wawancara lengkap yang dilansir GoNews.co dari INILAH.COM bersama pria kelahiran Pasuruan, 16 September 1974 ini melalui saluran telepon:

Apa alasan Anda membuat hastag #SayaNUSayaMilih02?

Alasan pertama, hal itu untuk merespons pidato KH Anwar Iskandar yang menyatakan seolah-olah kalau yang terpilih pasangan calon 02, tahlilan amaliyah NU akan punah. Intinya selama ini dihembuskan di belakang pasangan calon 02 itu kelompok radikal. Kemudian seakan-akan di kubu 02 dianggap kurang NU-nya. Maka secara tiba-tiba spontan berusaha untuk memberikan penjelasan kepada para warga internet (netizen) karena video KH Anwar Iskandar cukup viral di twitter.

Saya ceritakan kronologi kenapa pilih 02. Pilihan itu hasil komunikasi dengan para kiai NU, termasuk KH Abdul Qoyyum (Lasem, Rembang) yang merupakan konspetor Ijtima Ulama dan perumus pakta integirtas untuk paslon 02. Di kubu 02 tidak sedikit kiai NU, walau tidak di struktur tapi kultural ternasuk keturunan (dzuriyat) NU, Seperti Gus Aam, Gus Irfan Yusuf.

Saya berusaha menjelaskan dengan target supaya mereka tahu, jangan kemudian orang NU yang pilih 02, itu seakan-akan tidak NU. Maka saya secara spontan saya buat hastag tersebut. Problemnya sampai detik ini, memang isu itulah yang dijual untuk menakuti-nakuti masyarakat di akar rumput. Kalau 02 menang, masjid hilang diambil HTI, masjid hilang diambil kelompok radikal. Itu indoktrinasi yang membodohkan umat. Itu kampanye hitam, tidak boleh dilakukan.

Mengapa ada tren di kalangan warga NU terjadi semacam politik taqiyah, takut terbuka pilih paslon 02?

Karena penyebabnya yakni pertama karena kebencian yang sudah cukup lama antara NU dengan FPI. Jadi FPI ini seakan-akan di luar Ahlussunah wal Jamaah. Padahal FPI amaliyahnya sama dengan NU walaupun tidak berlabel NU. Mungkin dendam lama, akibat perseteruan Habib Rizieq Shihab dan Gus Dur.

Kedua, terjadi ta'assub atau fanatik buta yang begitu luar biasa, sehingga ada klaim kebenaran bahwa milik mereka, yang lain, tidak sejalan itu salah. Klaim semacam itu tidak benar dan tidak sehat dalam organsiasi NU. Ini bertentangan dengan ajaran pendiri NU, KH Hasyim Asyari. Menurut Mbah Haysim fanatik pada hal agama yang dalam hal furu'iyah saja tidak boleh, apalagi fanatik urusan politik.

Bagaimana posisi warga NU di barisan pendukung 02?

Memang tidak dipungkrii kelompok HTI jelas afiliasi ke 02, orang NU sangat tidak suka dengan PKS yang kebetulan ada di 02. Kalau memang isu khilafah, bahwa seakan-akan kalau Prabowo jadi, akan mengubah NKRI ke sistem khilafah jelas itu tidak mungkin terjadi. Padahal Prabowo seorang prajurit, dengan sumpah sapta marganya, bagi beliau NKRI itu final dan harga mati. Tidak mungkin prajurit mau utak atik itu.

Kedua, kalau memang mendirikan khilafah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, harus ada persetujuan DPR. Di Parlemen lebih banyak mana 01 atau 02? Dari situ tidak mungkin tidak terjadi. Selama kami lihat mengikuti kegiatan kampanye Prabowo-Sandi komitmen kepada NKRI itu sangat jelas, tidak ada sama sekali keinginan untuk mengubah ideologi menjadi negara khilafah.

Seberapa besar sih kekuatan HTI?

NU itu begitu besar. Kalau memang anggap, mereka benar tuduhan mereka benar, saya dan kiai NU akan melawan itu. Itu tidak mungkin diterapkan di Indonesia, Indonesia itu sudah final NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika. Itu isu murahan sengaja dijual, masyarakat di desa ditakut-takuti.

Tapi kalau mau jujur, Pemprov DKI, itu saat ini dipimpin Anies Baswedan, yang notabene disokong pemerintahan Prabowo. Kalau Prabowo bisa disetir PKS, harusnya Wagub diduduik kader PKS, tapi sampai sekarang kosong. Tidak ada dalam pemerintahan ANies, yang diwarnai kelompok radikal misalnya HTI sama sekali tidak terjadi.

Mengapa kalangan kiai dan habaib dari NU baru mulai muncul sebulan jelang Pilpres?

Karena kita masih melihat dulu tidak langsung menjatuhkan pilihan politik. Bagi kami ini masa depan indoensia. Saya pilih 02 tidak serta merta, saya sowan ke Gus Najih Maimoen Zubair, KH Abdul Qoyyum, sowan juga ke kiai-kiai pendukung paslon 01 bertabyun pertimbangannya apa? Kita lihat mana mudhorotnya mana yang lebih kecil untuk Indonesia. Setelah kita yakin, kita tampil.

Awalnya kita tidak terang-terangan dulu, karena waktu itu tekanan kita rasakan juga. Setelah kita yakin kita mantabkan, sekarang sudah jelas, orang sudah tahu. Bagi saya tidak ada kata netral. Masyarakat diberi wawasan, tidak boleh kata netral, pilihan kita menentukan masa depan Indonesia. ***