MEDAN–Pemanfaat energi terbarukan secara optimal dinilai akan berkorelasi memberikan efek positif bagi kesejahteraan masyarakat. Sumatera Utara (Sumut) akan menjadi tolok ukur keberhasilan itu jika Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Tapanuli Selatan (Tapsel) beroperasi kelak.

Sesuai rencana, proyek itu beroperasi akan menghasilkan listrik sebesar 510 Megawatt pada saat beroperasi tahun 2022. Masyarakat sekitar dilanda antusias dengan kehadiran megaproyek yang memanfaatkan aliran air sungai Batangtoru ini, dan menaruh harapan besar.

Salah seorang warga Kecamatan Marancar, Tapsel, Syaiful Wahyu menyatakan, saat ini masyarakat Sumatera Utara butuh dukungan listrik untuk kehidupannya. Anak-anak sekolah butuh listrik saat belajar. Listrik juga dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Tanpa listrik, berarti anak-anak harus menggunakan lampu pelita. Ini kembali ke tahun 1960-an," katanya, Minggu (3/3/2019).

Pada kesempatan yang lain beberapa waktu lalu, Bupati Tapsel menyatakan, proyek strategis nasional ini nantinya bisa menjawab kebutuhan listrik di Sumut. Dia pun meminta pihak perusahaan membuka akses jalan dan fasilitas lainnya di lokasi proyek.

Dalam berbagai kesempatan, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M. Pasaribu menyatakan, proyek PLTA Batangtoru akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat lokal. Selain akan memacu pertumbuhan ekowisata, proyek ini akan menyedot tenaga kerja dalam jumlah besar.

“Menjelang puncak pengerjaan, tenaga kerja akan terus bertambah. Bisa seribuan orang,” kata Bupati Tapsel.

Pernyataan senada juga pernah disampaikan Wakil Ketua Bidang Energi & Mineral Kadin Sumut, Tohar Suhartono mengatakan, selain bisa memenuhi kebutuhan listrik, PLTA tersebut juga bisa membantu pemerintah menjaga lingkungan.p>

"Dengan tersedianya energi dari PLTA Batangtoru berdaya 510 MW, pemerintah bisa menghemat anggaran dengan menghentikan sewa kapal pembangkit yang selama ini ditempatkan di Belawan untuk memenuhi kebutuhan energi di Sumut," katanya.

Hempang Kepentingan Asing

Kendati proyek ini ramah lingkungan dan akan memberi manfaat besar secara ekonomi, ternyata ada pula kelompok-kelompok yang menentang. Terutama dari lembaga-lembaga asing, maupun lembaga yang berafiliasi dengannya, seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut. Isu-isu negatif disebar, dibalut dengan data keliru.

Warga Batangtoru lainnya, Abdul Gani Batubara mengatakan seluruh masyarakat sangat paham kondisi yang ada di lokasi pembangunan proyek. Beberapa isu yang dijual Walhi seperti kerusakan lingkungan, kerusakan hutan dan kepunahan satwa Orangutan tapanuli menurutnya digoreng untuk memunculkan kesan seolah-olah proyek tersebut akan menjadi malapetaka.

  “Padahal apa yang disampaikannya itu semua bohong. Tak ada di sana kematian orangutan, hutan di sana sangat luas. Kami juga sering bertemu orangutan, dan tidak ada satupun yang kami ganggu, kami lindungi,” katanya.

Walhi pun dinilai menyakiti hati masyarakat terkait pernyataan Manajer Hukum Lingkungan dan Litigasi Walhi, Ronald M Siahaan yang menyebut masyarakat pendukung PLTA sebagai pelacur. Pernyataan seperti itu dinilai tidak patut, dan menunjukkan standard etikanya sendiri.*