JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, menjawab sindiran bahwa Calon Presiden (Capres) usungannya, Prabowo Soebianto, tidak memiliki rekam jejak prestasi di bidang pemerintahan. Dalam Diskusi bertema "Batasan Norma Dalam Debat Capres" yang digelar di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/02/2019), Fadli menjelaskan, latar belakang Prabowo yang berasal dari kalangan militer tidak bisa mentah-mentah dibandingkan dengan latar belakang sipil dan juga jabatan-jabatan sipil.

"Jadi kontestasinya yang ada di militer dan itu untuk mendapatkan sampai jenderal bintang 3 sebagai Pangkostrad, sebagai Danjen Kopassus dan prestasi-prestasi lain yang dirintis dari bawah, saya kira berbeda dengan sipil," kata Fadli.

Adapun dalam kontestasi politik, kata Fadli, langkah Prabowo baru dimulai pada tahun 2009 kala Prabowo menjadi Calon Wakil Presiden untuk Megawati Soekarnoputri.

Dan dalam konteks demokrasi, kata Fadli, pendirian partai Gerindra oleh Prabowo tak bisa dianggap sebelah mata. Ia mengatakan, "Kalau sebagai satu champions, ya Pak Prabowo menurut saya mendirikan partai politik itu adalah komitmen terhadap demokrasi dan Gerindra sebagai partai yang relatif baru yang menang,".

Pernyataan Fadli ini sebagai respon dari pernyataan politisi PDIP, Maruarar Sirait soal tak adanya prestasi Prabowo di bidang pemerintahan.

"Saya katakan dengan fakta-fakta memang bapak Prabowo belum bisa menang. Belum punya track record yang bisa meyakinkan rakyat untuk level Kota, Kabupaten, kayak bapak Jokowi, nggak pernah. Gubernur aja nggak pernah, untuk Presiden apalagi," kata Maruarar.

Mendapat tanggapan dari Fadli, Maruarar pun melanjutkan paparannya soal prestasi Prabowo di bidang pemerintahan dan kepemiluan.

"Jadi memang konteks saya sipil, jadi nggak bisa dibantah dua kali (Prabowo, red) maju Pilpres, dua kali gagal," tukas Maruarar.

Maruarar melanjutkan, "Jadi saya berargumentasi itu dalam kontestasi yang sudah terjadi, 2 kali Pilpres. Itulah hasilnya seperti itu, ya memang itu kenyataannya seperti itu; belum punya track record dipercaya rakyat untuk memenangkan sebuah kontestasi politik dipilih rakyat langsung. Tidak pernah-belum pernah dipercaya rakyat dalam kontestasi pemilihan langsung secara nasional,".

Bukan Fadli jika tidak lanjut menanggapi. Fadli yang terbilang senior di bilangan Senayan ini pun berdalih, satu dua kali kekalahan Prabowo adalah saat mantan menantu mendiang presiden Soeharto itu menjadi Cawapres bagi Megawati.

"Tapi sebagai Capres, Pak Prabowo baru kalah sekali. Itupun dengan sebuah catatan yang waktu itu kami ajukan sampai ke mahkamah konstitusi," tukas Fadli.

"(Saat itu, red) berarti di atas 60 juta rakyat Indonesia yang memilih Pak Prabowo," tegas Fadli.

Sebagai pengingat, Prabowo kalah sekira 5% suara nasional dari Jokowi pada perhelatan Pilpres 2014 lalu. Kubu Prabowo yang menemukan dugaan-dugaan kecurangan pemilu pun melangsungkan upaya hukum hingga ke Mahkamah Konstitusi.***