SERING kita membaca dan mendengar kalimat yang berbunyi "kita dilahirkan di dunia tanpa meminta kulit hitam dan putih, dari Orangtua mana dan siapa jodoh kita". Banyak sekali diantara kita di dalam menjalani kehidupan sehari-hari merasakan bahwa hidup terasa begitu sulit tidak semudah orang lain entah itu tetangga, kawan sekolah atau saudara.

"Saya adalah salah satu dari sekian banyak anak yang merasakan kehidupan yang bergitu sulit. Saya anak ke 6 dari 7 bersaudara, ayah saya hanya seorang PNS golongan I, sedangkan ibu saya berjualan di pasar. Tetapi saya sangat bersyukur walau dari keluarga sangat sederhana, kedua orangtua saya terutama ibu mendidik anak-anaknya dengan sangat ketat, ibu saya selalu mengajarkan agar selalu sholat tepat waktu. Selalu menanamkan rasa syukur dan ikhlas apapun kondisinya," tulis Komaryatin dalam buku berjudul "Tetap Kaya dan Bahagia di Usia Senja".

Menurut komaryatin, di dalam hal pendidikan tidak ada kamus bagi ibunya, berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Dan setelah berumah tangga dan memiliki anak, Komaryatin baru merasakan kehebatan ibundanya. Ia betul-betul kagum dan salut dengan sosok perempuan yang telah melahirkannya.

"Kedua orang tua saya mungkin sama seperti sebagian orangtua lainnya, ada angan atau keinginan agar anaknya kelak menjadi anak yang berhasil dan bisa mengangkat derajat kedua orang tua, bisa mensejahterakan kedua orang tua sehingga tidak di pandang sebelah mata, baik akan orang di sekelilingnya maupun oleh saudaranya sendiri,".

Dari sekian anak kata Komaryatin, tidak semua tanggap dengan keinginan orang tua. Hal ini mungkin di dasarkan kepada kegiatan yang ada pada dirinya.

"Misalnya saya ingin menjadi pejabat dan memiliki kedudukan, ijazah cuma SLTA. Ingin menjadi pegusaha sukses modal tidak ada atau ingin dipersunting oleh laki-laki berada, wajah paspasan. Maka yang ada hanya mengikuti takdir. Apa yang diberikan Allah itulah garis kehidupan yang wajib di syukuri,".

"Dan saya, anak ke 6 dari 7 bersaudara tanggap dengan keinginan orang tua jauh didalam hati yang paling dalam mempunyai keinginan mengangkat derajat kedua orang tua. Keinginan kedua orang tua saya anggap wajar dan manusiawi, mengingat menjadi orang miskin begitu menyedihkan tidak dianggap sebelah mata selalu menjadi bahan ejekan".

Ironisnya kata Komaryatin, ejekan tadi tidak hanya dilakukan oleh tetangga atau orang yang mengenal kehidupannya, tetapi juga oleh saudara kandungnya sendiri.

Bagi mereka yang sedang dikarunia rezeki lebih, kemiskinan adalah sesuatu yang sangat menyebalkan dan kadang orang miskin itu diperlakukan sesuka mereka baik dengan sikap, ucapan maupun perbuatan.

"Saya yang dari kecil sudah memiliki perasaan tidak suka dengan kesewenang-wenangan, kedzaliman, sikap arogan dan kesombongan yang dimiliki oleh orang-orang yang sedang diberi kebahagiaan oleh Allah SWT, bertekad agar kelak menjadi orang sukses, dan menunjukkan kepada semua orang, bahwa masalah sukses itu hanya masalah waktu. Yang perlu diingat, semua orang berhak sukses," begitu tulis Komaryatin di halaman pertama bukunya.***