MEDAN-Dalam kunjungan sosialnya di Lapas Perempuan Kelas II A Kanwil Kemenkumham Sumut, para Terapis SEFT dari PPALC Medan dengan antusias memberikan motivasi rohani sekaligus memberikan metode menterapi diri sendiri dalam menghadapi segala permasalahan hidup dan penyakit fisik maupun non fisik yang diderita para Warga Binaan Pemasyarakatan.

Team SEFT PPALC Medan yang dikoordinir oleh Wielda ini pada sesi awal sebelum terapi dimulai. Salah seorang terapis SEFT yang bernama M. Syarief dalam Tausyiah Rohani membahas tentang Tauhid.

"Ibu-ibu beruntung sudah berada didalam lapas, yang artinya Allah sangat ingin ibu-ibu itu fokus bergantungnya hanya kepada Allah saja, bukan kepada makhluk ataupun benda-benda material. Dilapas inilah momen berharga ibu-ibu untuk bisa ber 'me time' dengan Allah, coba memperbaiki hubungan dengan Allah yang selama ini sudah Ibu lupakan, istilah Ust. Yusuf Mansur 'Mencari Tuhan Yang Hilang'. Karena banyak Ulama-ulama besar yang berhasil menulis karya-karya besar dan kitab-kitab dari bilik penjara. Bahkan kesempatan untuk hidup menjadi lebih baik lagi peluangnya sangat besar, selagi ibu mau bertaubat dan memperbaiki diri,"ungkapnya.

"Dalam surah at-Tahrim ayat ke-8, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (taubat yang semurni-murninya)." Lantas, apa yang dimaksud dengan tobat nasuha? Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjelaskan, tobat nasuha, yaitu tobat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan,"jelasnya.

Dalam kitab Riyadh as-Shalihin dijelaskan, jika kemaksiatan itu menyangkut urusan seorang hamba dengan Allah saja, tidak ada hubungannya dengan hak manusia, tobatnya harus memenuhi tiga syarat. Pertama, hendaklah berhenti melakukan maksiat. Kedua, menyesal karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Apabila tobatnya berkenaan dengan hubungan sesama manusia, tiga syarat tersebut ditambah satu lagi. Orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil hak-haknya atau dizalimi.

Kemudian M syarief juga memaparkan, dalam membangun sebuah bangunan dimulai dengan meletakkan pondasinya, pondasi ini harus baik dan kokoh karena ia penopang bagi apa yang diletakkan diatasnya.

"Jika pondasinya kokoh, maka bangunannya akan tegak dengan kokoh pula, sebaliknya jika pondasinya rapuh maka tidak perlu menunggu lama bangunan tersebut akan roboh. Tahukah kita apakah pondasi Islam? Ia adalah Tauhid. Diatas Tauhid inilah bangunan Islam ditegakkan. Oleh karena itu ketika Nabi menjelaskan pilar-pilar Islam, beliau mengawalinya dengan Tauhid,"imbuhnya.

Konsekuensi dari orang yang telah mengucapkan kalimat Syahadat adalah orang tersebut telah menjadi seorang muslim karena telah mengakui bahwasanya Tiada Tuhan Selain Allah serta menuntut pemurnian ibadah semata-mata untuk Allah dan membuang syirik yang berarti tidak menduakan Allah dalam beribadah.

Diakhir tausyiahnya, M. Syarief berpesan orang yang bersaksi 'La ila ha illallah' meskipun dia masuk dan diazab di Neraka, pasti dia akan dikeluarkan darinya dan dipindahkan ke Syurga, baik dengan syafa'at atau tanpa syafa'at. "Karena dialam akhirat, terdapat dua janji utama yang menggembirakan bagi orang yang mengikrarkan diri dengan kalimat Tauhid. Pertama : Jaminan Masuk Syurga. Kedua : Jaminan Tidak Kekal di Neraka.

Setelah Tausyiah selesai, acara selanjutnya adalah Terapi Seft untuk para napi lapas. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan salah satu teknik terapi alternatif untuk mengatasi masalah emosi dan fisik. Terapi dilakukan dengan cara totok ringan pada titik saraf tertentu atau meridian dalam tubuh. SEFT merupakan metode baru dalam melakukan EFT, penemunya adalah Ahmad Faiz Zainudin, lulusan psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Ahmad Faiz mengenal EFT melalui Steve Wells dari Australia dan belajar melalui Video Course dari Gary Craig.

"Alhamdulillah acara seft ini berjalan dengan lancar dan para Warga Binaan Pemasyarakatan yang diterapi sudah merasakan banyak manfaatnya, mulai ada yang sudah tenang batinnya, sehat badannya dan yang merokok sudah mulai merasakan tidak nikmatnya dalam merokok alias berhenti merokok,"imbuh M Syarif.*