MEDAN - Kabar mengejutkan datang dari Kongres PSSI yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019). Orang nomor satu di organisasi sepakbola tanah air, Edy Rahmayadi menyatakan mundur.
Hal itu disampaikannya saat memberikan pidato umum sebelum pembukaan Kongres. Di tengah-tengah pidato umum sambutannya, Edy Rahmayadi memohon izin mengundurkan diri dari jabatannya.

Siapa tokoh di balik mundurnya Edy Ragmayadi ?

Dia adalah Suhendra Hadikuntono, yang didaulat sebagai Ketua Komite Perubahan Sepakbola Nasional (KPSN).

Bersama Organisasi yang dibentuk tahun 2018, pria yang ditahun 2012 sebagai Ketua tim pelanggaran HAM Indonesia -Vietnam ini terus menyuarakan perubahan pada sepak bola nasional. Dalilnya, karena tak ada perubahan sejak Edy Rahmayadi menakhodai PSSI.

Krisis kepemimpinan dalam tubuh PSSI dan pemangku kepentingan lainnya telah berdampak pada merosotnya prestasi sepakbola Indonesia.

"Prestasi tim nasional semakin menurun. Ini yang membuat kami menyuarakan perubahan," kata pria yang juga inisiator berdirinya Badan Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Daerah.

Yang lebih memprihatinkan lagi terhadap sepakbola nasional terjadinya match fixing (perjudian, pengaturan score di Indonesia). Kemudian ditangkapnya exco PSSI Johan Lin Eng. Berikutnya, giliran anggota Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Dwi Irianto alias Mbah Putih yang digelandang petugas dari Yogyakarta ke Jakarta.

Diikuti Vigit Waluyo yang juga dijadikan tersangka atas dugaan memberikan dana sebesar Rp 115 juta kepada Mbah Putih agar PSMP Mojokerto bisa naik kasta dari Liga 2 ke Liga 3. Nurul Safarid, wasit Liga 3 2018 yang ditangkap di Garut, mantan anggota Komisi Wasit PSSI, Priyanto dan anaknya, Anik Yuni Artika yang pernah menjadi wasit futsal dan staf Direktur Penugasan Wasit di PSSI berinsial ML .

Sementara beberapa tersangka lainnya masih diinisialkan guna kepentingan penyelidikan dan penyidikan, masing-masing YI, CH, DS , P dan MR.

Gerakan dari Satgas Antimafia Bola menjadi spirit Suhendra untuk membuat perubahan. Apalagi sebelum mundur, Edy Rahmayadi bersikukuh bertahan sebagai ketua umum. Namun, Suhendra bersama KPSN tak pernah patah arang.

Mereka pun menggelar ‘Diskusi sepakbola bersih mafia' pada 9 Januari 2019. Bak gayung bersambut, klub-klub dan Asprov PSSI yang merupakan voters mendukung diskusi tersebut Ada 40 voters yang datang.

“PSSI menentang, tapi kami tak kendur membahas perubahan di PSSI,” kata pendiri Pujakesuma (putra-putri jawa kelahiran Sumatera, Sulawesi, Maluku) itu.

Suhendra bersama KPSN nya mendorong voters mendesak Edy Rahmayadi mundur dan sekaligus minta PSSI menggelar Kongres Luar Biasa.

“Alhamdulliah, Edy Rahmayadi sudah mundur. Dan, asal tahu saja bukan mudah untuk minta mantan Pangkostard itu mundur. Sekarang, tinggal gerakan perubahan di PSSI karena masih banyak orang-orang lama,” ujarnya. ***