JAKARTA - PSSI mendukung upaya Polri memberantas kasus match fixing dalam sepakbola Indonesia. Untuk itu, organisasi sepakbola di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi membentuk Komite Ad-Hoc yang akan bersinergi dengan Satgas Anti Mafia Bola bentukan Polri. "Kami akan segera membentuk tim bersama aparat lainnya, terkhusus polisi karena memang itu bidang polisi. Ini semua untuk menjadikan PSSI yang handal tadi itu, profesional dan bermartabat," kata Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi di Hotel Sultan Jakarta, Kamis, 3 Januari 2018. 

Menurut Gubernur Sumatera Utara ini, Komite Ad Hoc tersebut bakal terbentuk dalam waktu dekat. Paling lambat saat Kongres Tahunan PSSI di Bali, 20 Januari 2019. "Tadi sudah ditentukan harusnya bulan atau minggu kemarin sudah terbentuk, tapi begitu sibuknya, masih ada kompetisi bermain semua sehingga ini agak terhambat," tuturnya. 

"Tim ini sedang di endorse nanti di dalam Kongres (20 Januari). Nanti Anda tunggu di dalam kongres. Saya bilang begini nanti tahu diubah lagi sama Pak Joko (Driyono), nanti jadi tidak enak lagi," imbuh mantan Pangkostrad TNI ini.

Sebanyak 240 laporan dugaan match fixing telah diterima Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola. Dari semua laporan tersebut, terdapat 47 laporan yang layak untuk ditindaklanjuti.
Perinciannya, 27 laporan soal pengurus klub, enam laporan terkait kinerja wasit, tujuh laporan terkait pertandingan janggal, tiga laporan terkait pemain yang aneh, dan empat laporan umum.

Edy Rahmayadi mengapresiasi kinerja Satgas Anti Mafia Bola. Alasnnya, PSSI tidak bisa bekerja sendirian dalam memberantas para mafia. "Saya apresiasi. Sejak dari awal, saya memang menginginkan seluruh rakyat Indonesia ini yang memiliki PSSI. Mari sama-sama kita awasi ini, begitu sulit, dan baru sekarang terlaksana," ujarnya.

"Apresiasi untuk polisi, kami akan bersama berantas sehingga bisa kita selesaikan. Ke depan 2019 ini, bisa clear dan PSSI murni lahir menjadi handal," tambahnya. ***