JAKARTA - Bertolak belakang dengan harga minyak yang menyentuh level terendah mendekati akhir tahun, harga emas mulai menanjak. Rabu (26/12) pukul 7.42 WIB, harga emas untuk pengiriman Februari 2019 di Commodity Exchange berada di US$ 1.269,10 per ons troi.

Harga emas ini turun 0,21% jika dibandingkan dengan harga Senin (24/12) pada US$ 1.271,80 per ons troi. Tapi, harga ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga emas dalam lima bulan terakhir atau sejak awal Juli.

Kenaikan harga menjelang akhir tahun ini belum mampu menutup penurunan harga sepanjang 2018. Harga emas masih tergerus 5,13% secara year to date. Harga emas tertinggi tahun ini adalah US$ 1.396,30 per ons troi yang tercapai pada 25 Januari lalu.

Sedangkan harga terendah emas tahun ini adalah US$ 1.189,50 per ons troi yang terjadi pada 16 Agustus 2018. Harga rata-rata emas sepanjang tahun sebesar US$ 1.287,62 per ons troi.

"Ada keyakinan yang tumbuh pada emas tahun depan. Harga emas diramal kembali menjadi safe haven karena kekhawatiran penurunan pasar saham dan ekspektasi Federal Reserve yang lebih dovish," kata Carlo Alberto De Casa, chief analyts ActivTrades kepada Reuters.

Sekadar mengingatkan, The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan dua kali tahun depan, lebih sedikit daripada rencana sebelumnya sebanyak tiga kali. Suku bunga yang bertahan rendah lebih lama akan membuka peluang penguatan harga emas.

"Harga emas mungkin akan bertahan di sekitar US$ 1.260. Pada target menengah, harga emas bisa mencapai US$ 1.300 dengan resistance yang harus ditembus pada US$ 1.280-US$ 1.285," imbuh De Casa.

Harga emas menguat jelang akhir tahun akibat pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) yang tertekan kisruh domestik Negeri Paman Sam. Kemarin, indeks dollar berada di 96,58. Indeks yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia ini turun dari angka tertinggi tahun ini 97,44.*