TOBASA-Tak disangka, Jones Panjaitan  (13) siswa sekolah SMP N.1 Silaen Kec.Silaen yang masih bocah utu dudah lihai Manirat Ulos Batak (Bahasa Batak,red).

Dengan menggunakan peralatan yang sederhana, yang terbuat dari Lidi pohon Nira dengan bentangan sebatang kayu yang telah dirakit menjadi alat manirat Ulos Batak Jones dengan lihainya memainkan jari jemarinya pada untaian benang Sirat Ulos Batak sembari memasukkan lidinya satu persatu untuk menghasilkan sebuah tulisan nama pada ujung untaian ulos Batak.

Dengan penuh konsentrasi serta ketelitian dan penuh kehati hatian jari jemarinya menguntai dan merilis benang siratnya yang selanjutnya dengan penuh kesabaran memasukkan lidinya satu persatu ke masing masing ruas untaian benang yang telah dia hitung dengan tepat, supaya ornamen warna untaian benang pada tulisan nama yang akan diciptakannya nanti sepadan dan sempurna berikut dengan uraian gorga ulos yang akan dihasilkannya nanti.

Jones Panjaitan (13) anak ke 3 dari 6 bersaudara (1 Perempuan 5 Laki-Laki) anak dari pasangan suami istri Jungjungan Panjaitan (44) dengan Ester boru Sibarani (45) yang tinggal di desa Hutanamora Bagasan dusun 2 Kec.Sialaen Kab.Toba Samosir.

Dijelaskan ibu kandugnya saat disambangi GoSumut di rumahnya di desa Hutanamora Dusun 2 Senin,(24/12-2018) menjelaskan, Jones adalah seorang anak yang ulet dan rajin dalam membantu orang tuanya serta sangat peduli dan perhatian terhadap adek adeknya.

Dijelaskannya, semenjak kelas 2 SD (Sekolah Dasar) sudah gigih belajar untuk manirat Ulos Batak,dari kecilnya Jones selalu memperhatikan saya saat melakukan MANIRAT ulos dan selalu bertanya. "Karena seringnya bertanya kadang saya kesal dan marah sama Jones," kenang Ester boru Sibarani ibu Kandungnya Jones mengisahkan sembari memperhatikan anak kandungnya yang sedang Manirat dengan memainkan jari jemarinya dengan lihai,teliti dan penuh perhitungan.

Diceritakan Ester, disaat pertama Jones mulai melakukan Manirat dia sering melakukan kesalahan dan selalu membongkar dan mengulangnya kembali dan dia mau melakukannya tanpa putus asa walaupun ada perasaan dongkol dan kecewa atas kesalahan yang dia perbuat saat melakukan manirat.

"Dikala Jones melakukan kesalahan saat manirat ulos itu kadang saya emosi dan marah kepada Jones. Karena akan menambah beban kerja yang akan saya kerjakan, mulai dari membongkarnya dan mengerjakan ulang kembali," imbuh nya.

"Karena dengan kesalahan itu,saya harus dengan cepat melakukan perbaikan padahal pesanan ulos yang disirat sudah mendesak untuk diminta pemesannya dan harus cepat selesai. Dengan kesalahan kesalahan yang dilakukan anak saya saat belajar waktu itu kami sering tidur sampai jam 02.00 - 03.00 Wib menjelang subuh. Padahal besoknya saya dan bapaknya harus bekerja ke sawah karena manirat ini adalah sebagai pencarian tambahan untuk menghidupi keluarga," kenang Ester hampir menitikkan air matanya mengenang masa masa anaknya belajar manirat.

Dengan kegigihan dan keuletannya serta tidak mau menyerah untuk belajar semasa kanak kanaknya dimasa  usianya 6 s/d 8 Tahun dalam mempelajari manirat Jones kini menjadi begitu ahli.

Dipuji sang ibu, raut wajah Jones tersipu, sambil tangannya melakukan manirat dengan tulisan "horas jala gabe" berikut dengan ornamen Gorga Batak.

Diceritakan ibunya Jones, Jones mampu manirat ulos dalam 1 Minggu dengan menyelesaikan surat ulosnya dengan baik dan sempurna sebanyak 6 lembar ulos Batak dengan sirat ulos di kedua ujung ulos Batak (Tasa dan Bawah) pada tiap lembaran masing masing ulos Batak.

Pekerjaan itu dilakukan Jones sepulang sekolah dan pada malam harinya setelah selesai belajar mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah.

Jones mengakui tidak merasa malu mengerjakan manirat, meski pekerjaan itu dianggap pekerjaan perempuan."Saya tidak malu dan tidak menyerah. Karena saya suka mengerjakan,"imbuhnya.

Jones mengakui gembira mengerjakan nya, karena bisa membantu ibunya mencari uang tambahan."kakak saya lagi kuliah di Akademi Perawatan di Balige dan kos. Kebutuhan uang sangat banyak. Kasihan mamak, "ungkap Jones.

Diakuinya, kegiatan manirat yang dilakukan nya menyita waktunya bermain, tapi hal itu tidak membuat nya sedih."Dengan saya ikut membantu sudah sedikit mengurangi beban bapak dan ibu.Kalau asyik main main gak ada hasilnya,"akunya.

Disinggung mengenai UU Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa sorang anak itu adalah masih tetap dalam pengawasan dan pemeliharaan orang tuanya dan belum bisa untuk melakukan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa, ibunya Jones berkata, itu kan kata Undang Undang."Apakah Undang Undang itu yang membiayai hidup anak anak kami dan memberikan kebutuhan kami,tentu tidak bukan," katanya.

"Kami memberikan pekerjaan kepada anak kami bukan melebihi batas kemampuan fisiknya, hal ini juga menurut hemat kami sebagai orang tua kandungnya yang kami ajarkan saat ini kepada Jones adalah sebagai bahan pembelajaran dan pembinaan bagi dirinya. Kami harus membina dan mengasah mental kemampuan anak kami serta mengarahkan dia kearah yang lebih baik supaya jangan terpengaruh dengan dunia luar yang saat ini banyaknya peredaran narkoba dan pergaulan bebas yang bisa merusak masa depannya,"ungkapnya menutup pembicaraan.*