PEMATANGSIANTAR - Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) H Musa Rajekshah menyampaikan rasa duka dan kehilangan seorang Tokoh Masyarakat Pematang Siantar-Simalungun, (alm) H Zulkarnain Nasution yang tutup usia beberapa waktu lalu. Menurutnya sosok almarhum merupakan contoh tauladan bagi masyarakat.

“Almarhum (H Zulkarnain Nasution) merupakan tokoh yang berperan bagi masyarakat. Sebab sebagai manusia, tentu bagaimana kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Jadi semasa hidupnya, almarhum adalah tokoh penting dalm kehidupan bermasyarakat dan beragama di Pematang Siantar-Simalungun,” ujar Wagubsu dalam sambutannya pada acara Doa dan Tausyiah Refleksi Ketokohan Alm H Zulkarnain Nasution di halaman Masjid Raya Pematang Siantar.

Hadir diantaranya Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut H Ardiansyah, Tuan Guru Batak Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk, Dewan Masjid Pematang Siantar, MUI Pematang Siantar serta sejumlah tokoh masyarakat muslim setempat.

Dengan ketokohan H Zulkarnain Nasution semasa hidup, Wagubsu juga meminta agar masyarakat khususnya para generasi penerus nantinya dapat mengingat apa yang telah diperbuat almarhum. Serta melanjutkan perjuangan yang telah diperbuat selama ini, terutama di Pematang Siantar dan Simalungun.

“Alhamdulillah malam ini banyak yang hadir dan mengirimkan doa. Semoga doa kita sampai, dan almarhum ditempatkan di sisi Allah dengan sebaiknya. Insya Allah kita bisa terus dapat bersilaturahim,” sebut Wagubsu, yang sebelumnya juga berziarah ke makam alm H Zulkarnain Nasution.

Tokoh Masyarakat Pematang Siantar Gozali Husni Situmorang juga menyampaikan kisah H Zulkarnain Nasution semasa hidup. Mulai dari membangun ekonomi syariah, sebagai jawaban atas maraknya rentenir di masyarakat, sampai menyelaraskan pemikiran antara agama dan politik, merupakan satu hal yang berhubungan erat satu sama lain.

“Ini pengingat bagi kita semua. Beliau juga tokoh Agama yang tidak buta politik. Bahwa pemikirannya tentang antara agama dan politik adalah seperti antara ikan dengan air,” sebutnya, yang juga mengatakan bahwa kehidupan almarhum begitu sederhana.

Sementara dalam tausyiahnya, Tuan Guru Batak Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk menyampaikan pesan bahwa seorang manusia, harus bisa membuat dirinya hidup dan memberikan kehidupan bagi orang lain. Sebab tidak sedikit orang yang hidup, namun menyusahkan orang lain. Namun ada pula kalanya menceritakan orang yang sudah meninggal, justru membawa aura kehidupan dan menghidupkan hati.

“Terkadang ketika bertemu orang yang hidup, hati kita mati. Tetapi terkadang menceritakan yang meninggal, hati kita hidup. Tetapi kita bersyukur, almarhum adalah sosok yang mencintai masjid, dan pemimpin kita juga cinta masjid. Sehingga ruh orang-orang beriman itu saling terhubung,” sebut Tuan Guru Batak.

Sebagai inisiator acara Refleksi Ketokohan (alm) H Zulkarnain Nasuiton, Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk menekankan bahwa ini bukan sekadar mengkultuskan dan mengkulturkan nama seseorang. Tetapi untuk menceritakan kebaikan orang, seperti beberapa tokoh yang sudah meninggal namun namanya tetap disebut dan hidup di hati masyarakat.

“Bagaimana Nabi Muhammad SAW setiap saat kita sebutkan. Bahkan seperti Bilal, seorang budak, hitam, setiap hari diingat namanya, orang-orang besar pemuka agama Islam di Nusantara, semuanya akan diingat. Begitu juga almarhum, bagaimana beliau aktif dalam pengembangan masjid, menjaga umat dan mengembangkan politik Islam,” jelas Syekh Rajagukguk.

Untuk itu lanjutnya, nama-nama tersebut yang telah berjasa bagi masyarakat, tetap hidup bahkan memberikan manfaat bagi orang lain. Seperti berziarah, berdoa, mencontoh tauladan, sampai memberikan kesempatan mencari kehidupan orang lain yang berjualan di sekitar makam.

“Walaupun telah tiada, tetapi mereka ini tetap hidup dan tetap bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Mereka inilah para Wali Allah yang semasa hidupnya memberikan arti kehidupan bagi kita,” pungkasnya. ***