JAKARTA - Lelang surat utang negara (SUN) akan kembali digelar pemerintah pada Rabu (21/11). Lelang kali ini diyakini akan berlangsung ramai di tengah tren penguatan rupiah yang terjadi sepanjang bulan November ini.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, penguatan rupiah mampu menstabilkan pasar obligasi Indonesia. Hal ini mendorong antusiasme investor untuk mengikuti lelang SUN di pasar perdana, tak terkecuali investor asing.

Investor asing tak lagi mengkhawatirkan potensi kerugian kurs ketika rupiah sedang dalam tren menguat. Di samping itu, yield SUN terkini juga dianggap cukup tinggi dan melebihi sejumlah negara emerging market lain.

“Investor asing juga akan berburu obligasi lewat lelang karena ketersediaan instrumen tersebut di pasar sekunder mulai menipis di akhir tahun sedangkan permintaan masih besar,” ujar Eric.

Nilai penawaran yang masuk pada lelang SUN besok juga berpeluang menyamai pencapaian lelang sebelumnya. Perlu diketahui, lelang SUN terakhir pada 6 November lalu mencatatkan nilai penawaran masuk sebesar Rp 59,48 triliun.

Eric melihat permintaan yield dari investor masih akan tinggi. Namun, kali ini permintaan tersebut lebih disebabkan investor ingin mendapat yield yang bisa bersaing dengan produk investasi berbasis obligasi lainnya. Misalnya, sukuk negara tabungan seri ST-002 yang nilai kuponnya mencapai 8,30% untuk tenor dua tahun.

Lebih lanjut, investor domestik diyakini akan banyak mengincar seri-seri bertenor pendek seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau FR0077. Di sisi lain, investor asing dinilai lebih tertarik pada seri-seri bertenor menengah hingga panjang. Salah satunya adalah FR0078 yang menjadi calon seri acuan tenor 10 tahun di 2019 mendatang.

Sebagai informasi, pemerintah akan menawarkan enam seri SUN pada lelang besok. Di antaranya adalah SPN03190222, SPN12190801, FR0077, FR0078, FR0065, dan FR0075. Pemerintah pun menargetkan mampu menyerap dana sebesar Rp 10 triliun dan maksimal Rp 20 triliun pada lelang SUN nanti.***