MEDAN- Jumlah pengangguran di Sumatera Utara (Sumut) pada Agustus 2018 masih tercatat 396 ribu orang, jumlah ini cenderung menurun.

Seperti yang dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Syech Suhaimi  melalui Kepala Bidang Statistik Sosial Muhammad Mukhanif kepada www.gosumut.com Selasa (6/11/2018) di kantornya.

“Pada Agustus 2017 jumlah pengangguran 377 ribu orang, Februari 2018 naik jadi 403 ribu orang dan Agustus 2018 kembali menurun jadi 396 ribu orang,” katanya.

Namun jika dibandingkan posisi sama (Agustus) 2017 sebanyak 377 ribu orang, maka jumlah pengangguran pada Agustus 2018 ini bertambah 19 ribu orang jadi 396 ribu orang.

Dilihat dari tingkat pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi yaitu sebesar 9,65 persen.

"Tingginya angka pengangguran di SMK bisa saja jurusannya tidak dibutuhkan lagi meski SMK dibentuk memang siap untuk kerja," jelasnya.

TPT selanjutnya terdapat di SMA sebesar 7,19 persen. Berarti ada penawaran berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA. Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, terbukti TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,80 persen.

Mukhanif menjelaskan TPT adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT pada Agustus 2017 sebesar 5,60 persen, turun menjadi 5,56 persen pada Agustus 2018. Angka ini lebih rendah dibanding nasional sebesar 5,36 persen. TPT tertinggi secara nasional di Banten sebesar 8,52 persen. Sedangkan TPT terendah di Bali sebesar 1,37 persen.

Dilihat dari tempat tinggal, Mukhanif menyebut TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di pedesaan. Pada Agustus 2018, TPT di perkotaan sebesar 7,03 persen, sedangkan TPT di pedesaan hanya 3,92 persen. Dibanding tahun lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,34 poin, sedangkan TPT pedesaan meningkat sebesar 0,25 poin.

Untuk angkatan kerja di Sumut, ia menyebut pada Agustus 2018 sebanyak 7,124 juta orang, naik 381 ribu orang dibanding Agustus 2017. Sedangkan dibandingkan dengan Februari 2018 sebanyak 7,227 juta orang maka jumlah angkatan kerja itu turun 1,42 persen.

"Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran," katanya.

Penduduk yang bekerja pada Agustus 2018 sebanyak 6,728 juta orang, jumlahnya bertambah 362 ribu orang dibanding posisi sama tahun lalu sebanyak 6,366 juta orang.

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, tambahnya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat, dimana pada Agustus 2018 tercatat sebesar 71,82 persen, naik 2,94 persen dibanding tahun lalu.

"Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja,"  ungkapnya.

Ia menambahkan TPAK laki-laki sebesar 83,98 persen, sementara TPAK perempuan hanya 59,97 persen. Namun dibanding tahun lalu, TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,42 poin dan 4,42 poin.

"Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada," terang Mukhanif.

Tercatat sebanyak 3,816 juta orang (56,72 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, daru Agustus 2017 yang besarnya 58 persen, pekerja informal turun hingga 1,28 poin.

Dari 6,728 juta orang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada Agustus 2018 yaitu sekira 4,580 juta orang (68,07 persen) merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu). Sementara penduduk yang bekerja dengan jam kerja 1-7 jam memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 2,37 persen.*